"Cuaca ekstrem dilihat dari pemicunya disebabkan oleh perubahan iklim dengan indikator-indikatornya seperti kenaikan suhu global dan kenaikan konsentrasi gas rumah kaca," kata Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Indra Gustari di Jakarta, Jumat.
Ia menyebutkan bahwa berdasarkan analisis BMKG, cuaca ekstrem yang ditandai dengan adanya intensitas curah hujan tinggi, cenderung memiliki produksi dan intensitas yang meningkat.
Baca juga: Semua daerah diminta BNPB ikuti perkembangan prakiraan cuaca BMKG
"Jadi waktu berulangnya itu dia semakin sering terjadi. Demikian juga dengan intensitas dan jumlahnya," katanya.
Contoh perilaku yang menyebabkan kenaikan konsentrasi gas rumah kaca tersebut salah satunya adalah penggunaan bahan bakar yang tidak ramah lingkungan sehingga meningkatkan pengeluaran emisi yang pada akhirnya meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca.
"Jadi lebih banyak energi yang dikeluarkan emisi yang dikeluarkan juga lebih banyak," katanya.
Kemudian, selain kenaikan konsentrasi gas rumah kaca, faktor lain yang menyebabkan kondisi cuaca semakin ekstrem adalah meningkatnya suhu global.
"Secara langsung memang variabel-variabel cuaca itu saling terkait," katanya.
Keterkaitan tersebut dapat dirunut mulai dari pola suhu udara yang menentukan pola tekanan udara dan pola tekanan udara yang menentukan pola angin.
Kemudian lebih lanjut pola angin tersebut menentukan daerah tertentu yang berpotensi mengalami hujan dengan intensitas curah hujan cukup ekstrem.
"Suhu kan kadang bisa terasa dingin tapi nanti lebih sering terasa hangatnya dibandingkan dinginnya. Lebih sering tercatat lebih tinggi dibandingkan lebih rendah," katanya.
Baca juga: BMKG sebut MEWS penting dalam deteksi cuaca ekstrem
Baca juga: BMKG: Sistem deteksi dini rob efektif bantu penambak hindari kerugian
Pewarta: Katriana
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020