Jakarta (ANTARA News) - Mantan gubernur DKI Jakarta yang juga bakal calon presiden pada Pilpres 2009 mendatang, Sutiyoso, menegaskan bahwa krisis ekonomi yang melanda dunia, termasuk Indonesia sekarang ini, bukan berarti kiamat atau akhir dari segalanya.

Di hadapan para pedagang di pasar 16 Ilir Palembang, Sumatera Selatan, belum lama ini, Sutiyoso mengatakan bahwa krisis yang terjadi sekarang adalah siklus 10 tahunan dan pengalaman di Indonesia membuktikan usaha kecil dan menengah justru yang paling tahan terhadap dampak krisis, demikian siaran pers Bang Yos Center yang diterima ANTARA News di Jakarta, Kamis.

�Krisis yang terjadi boleh dibilang siklus 10 tahunan, sejak krisis ekonomi 1988, 1998, dan sekarang, 2008. Namun,  pengalaman di Indonesia membuktikan, selama krisis melanda, justru perekonomian masyarakat menengah ke bawah tetap berhasil selamat. Pedagang kecil seperti bapak atau ibu lakukan, tetap survive,� ujar Bang Yos memberi semangat.

Faktanya, kata Sutiyoso, krisis lebih berpengaruh terhadap pelaku-pelaku bisnis besar. Mereka yang terimbas langsung adalah mereka yang mempunyai modal besar, pabrik besar dan sejenisnya, sedangkan pelaku bisnis yang hanya mencari keuntungan sedikit untuk kelangsungan hidupnya sekeluarga, mampu bertahan.

"Artinya, alam pun telah memilih siapa yang mampu bertahan dan siapa yang ambruk oleh krisis. Oleh karenanya, jangan takut kita harus berani menghadapi kenyataan. Pengalaman membuktikan, dari 3 siklus krisis yang pernah melanda Indonesia, hanya pedagang kecillah yang mampu bertahan," katanya.
 
Dari sisi pedagang, kunjungan seorang tokoh nasional di tengah kesulitan yang dihadapi bagai musafir menemukan oase di tengah gurun. �Kedatangan beliau sangat menyejukan. Semoga semakin banyak tokoh yang mau berkunjung di tengah kesulitan hidup saat ini,� ujar seorang ibu yang berdagang di pasar itu.

Kehadirannya di Sumatera Selatan, selain mengunjungi pedagang di Pasar 16 Ilir, Sutiyoso juga berdialog dengan para guru di gedung IAIN Palembang.

Menurut Sutiyoso, tingkat kesejahteraan masyarakat berkorelasi lurus dengan tingkat pendidikan. �Jika masyarakat pintar, otomatis pola hidup dan pola pikirnya pun menjadi lebih baik, dengan pola hidup yang semakin baik, maka tingkat pengetahuan atau kesadaran masyarakat tersebut akan kesehatan juga lebih baik,� katanya.

Kata Sutiyoso, tidak serta merta masyarakat bisa meningkatkan kesehatannya tanpa bantuan pemerintah. �Pemerintah tetap mengendalikan dan memfasilitasi sarana dan prasarananya, namun masyarakat yang pintar paling tidak mampu menyatakan pendapatnya atas standar minimum kesehatan yang berhak mereka peroleh dan wajib pemerintah sediakan,� lanjutnya lagi.

Bang Yos menyatakan, untuk mengukur keberhasilan seorang pemimpin banyak indikatornya. Salah satunya, melalui pendidikan dan kesehatan masyarakatnya.

�Saya menemukan lagi satu bukti, pemimpin yang bisa memberikan pendidikan gratis dan kesehatan gratis bagi masyarakatnya di kabupaten Musi Banyuasin, ternyata sekarang berhasil menjadi gubernur Sumatera Selatan, Bapak Alex Noerdin,� ungkap Bang Yos.  

�Maka dari itu, saya berharap dukungan dari masyarakat Sumatera Selatan, agar pendidikan dan kesehatan gratis bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia,� demikian Sutiyoso.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008