Jakarta (ANTARA News) - Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Pertanian selama 2005-2007, tingkat kehilangan hasil atau susut gabah/beras pada proses panen dan pasca panen saat ini 10,82 persen, demikian Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Deptan Zaenal Bachruddin, Kamis.
"Berdasarkan hasil survei tersebut, hasil susut panen dan pasca panen gabah dan beras mengalami penurunan dibandingkan 10 tahun lalu," katanya pada sosialisasi dan Workshop Susut Panen dan Pasca Panen Gabah/Beras 2008.
Pada priode 1995/1996, tingkat kehilangan hasil masih sangat besar 20,51 persen, namun pada sepuluh tahun lebih terakhir angka ini terus menyusut akibat makin majunya teknologi pasca panen.
Deputi Statistik Pertanian BPS Pitojo mengungkapkan, survei terakhir ini dilakukan secara bertahap karena harus menghadapi kendala anggaran.
Survei dilakukan bulan Agustus 2005 oleh BPS, sedangkan Deptan mengadakan survai pada Mei 2006, sementara untuk priode Mei-Juni 2007 yang mengadakan adalah BPS, sedangkan Agustus-September tahun itu dikerjakan oleh Deptan.
Survei ditempuh untuk mengetahui susut gabah/beras selama proses pengangkutan gabah, penyimpanan gabah dan pengangkutan beras dilakukan di delapan provinsi, kemudian pada proses panen, perontokan, pengeringan serta penggilingan di 22 provinsi.
Menurut Pitojo susut selama proses panen dan saat penumpukan sementara mencapai 1,20 persen lebih rendah dibandingkan survai 1995/1996 mencapai 10,12 persen.
"Varietas padi yang dipanen mempengaruhi besaran tingkat kehilangan hasil saat panen," jelasnya.
Tingkat kehilangan hasil selama proses perontokan sebesar 0,18 persen atau turun 4,63 persen dibanding sepuluh tahun lalu, sedangkan tingkat susut akibat pengangkutan gabah baik dari sawah ke rumah petani maupun untuk memasarkan hasil panen mencapai 0,91 persen atau naik 0,55 persen.
BPS mencatat tingkat kehilangan hasil selama proses penyimpanan gabah secara nasional mencapai 1,08 persen lebih rendah dari survai 10 tahun lalu yang mencapai 1,23 persen.
Untuk tingkat kehilangan hasil berupa beras selama proses pengangkutan mencapai 0,62 persen, naik dibanding 1995/1996 yang mencapai 0,23 persen, sedangkan susut beras selama penyimpanan mencapai 0,31 persen, lebih tinggi dari 10 tahun lalu yang hanya 0,25 persen.
Tingkat kehilangan hasil baik saat panen maupun pasca panen bisa ditekan melalui penyuluhan kepada petani, pedagang dan pengelola perusahaan penggilingan agar melakukan penanganan panen dan pasca panen dengan lebih baik. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008