Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPR RI Agung Laksono dalam Sidang Parlemen Asia (APA) ke-3 di Balai Sidang Jakarta (JCC) yang diikuti 250 delagasi dari 31 negara, terpilih secara aklamasi menjadi Presiden Parlemen Asia untuk jangka waktu selama dua tahun.Sidang APA juga dihadiri peninjau dari sejumlah organisasi internasional diantaranya Parlemen Asean, Organisasi Parlemen Dunia (Inter Parliamentary Union/IPU), Eurasian Economy Community (EEC) dan Organisasi Konperensi Islam (OKI).Agung Laksono menjadi Presiden APA menggantikan Ali Larijani yang juga Ketua Parlemen Iran dan menjabat Presiden APA sejak Sidang APA ke-2 di Teheran.Ali berharap, Agung Laksono memimpin APAuntuk menjadi organisasi yang kuat dan efetif dalam menjalankan kerjasama dan mewujudkan tujuan bersama negara-negara di Kawasan Asia.Setelah terpilih menjadi Presiden Parlemen Asia, Agung Laksono memimpin debat umum (general debate) dalam Sidang APA dalama mana setiap delegasi menyampaikan pendapat mengenai sejumlah isu aktual, seperti penanganan krisis ekonomi global, pemanfaatan energi, budaya dan lingkungan hidup.Sidang APA ke-3 dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Ruang Pustaka Loka, Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Kamis pagi.Usai pembukaan Sidang APA ke-3 dilakukan penanaman pohon oleh ketua-ketua Delegasi di Komplek Gedung DPR/MPR. Penanaman pohon ini menandai penanaman satu miliar pohon di Kawasan Asia.Tema pokok Sidang APA adalah mencari jalan keluar mengatasi krisis finansial yang tengah melanda dunia saat ini sehingga pada sidang kali ini semua negara mengirimkan para pejabat yang mewenangi soal ekonomi, termasuk Menko Ekuin/Menteri Keuangan Sri Mulyani.Agung Laksono mengemukakan, Sidang APA akan merumuskan sistem keuangan alternatif karena forum menyepakati ide tata ulang sistem keuangan internarional mengingat sistem yang ada telah rapuh dihantam krisis.Seluruh hasil pembahasan mengenai agenda Sidang APA ke-3 akan tertuang dalam "Dekarasi Jakarta" bersisi 15 resolusi, termasuk pemberantasan korupsi. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008