Malang, (ANTARA News) - Migrasi televisi (TV) analog ke digital secara menyeluruh di Indonesia membutuhkan waktu antara 15 tahun sampai 20 tahun.
Anggota himpunan ahli teknologi penyiaran dan informatika (HATPI) Ir. Achmad S Adiwidjaya, Kamis, mengatakan, migrasi TV dari analog ke digital di Indonesia tidak bisa dilakukan secara revolusioner tetapi harus bertahap dan alami.
Untuk tahap awal, katanya, perangkat TV analog yang dimiliki sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini akan bisa menerima siaran TV digital dengan menggunakan alat konversi (konveter) yakni "set of box" yang sedang diproduksi dengan harga sekitar Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per set.
"Setelah TV analog tidak diproduksi lagi kita menggunakan konveter. Untuk memroduksi dalam skala besar kita masih bergantung pada kondisi sosial ekonomi masyarakat sehingga migrasinya dilakukan secara alami," katanya.
Ia mengakui keuntungan migrasi TV analog ke digital adalah terbukanya peluang usaha penyiaran, karena satu kanal bisa digunakan untuk beberapa stasiun TV. Selain itu, gambar yang dihasilkan juga lebih bagus (bersih) serta meminimalisir adanya stasiun TV ilegal.
Ia mengatakan, satu kanal TV bisa digunakan antara 6 sampai 10 stasiun bahkan bisa diperbanyak hingga 20 stasiun sehingga lebih efesien terhadap pemasangan menara .
"Ke depan TV hanya akan bersaing dalam isi atau program saja untuk menarik penonton dan tidak lagi bersaing memperebutkan kanal," katanya.
Menurut dia, di era TV digital yang lebih banyak berperan adalah "network provider" baik dalam pengurusan perijinan, analisis dampak lingkungan (Amdal) maupun upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL) tower stasiun-stasiun TV.
Dengan demikian, katanya, pengguna jasa provider atau pemilik stasiun TV hanya "berperang" dalam program saja untuk menggaet rating penonton, karena semua kepentingan teknis yang berkaitan dengan pemancar dan sinyal sudah ditangani provider.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008