Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan agar kebijakan pemerintah untuk mengatasi krisis jangan sampai menghalangi inovasi untuk perkembangan pasar.
Pada pidatonya dalam forum ketiga parlemen Asia di Gedung Nusantara IV DPR, Jakarta, Kamis, Presiden mengatakan krisis keuangan yang bermula di Amerika Serikat dan kemudian berdampak ke seluruh dunia terjadi akibat inovasi dan perkembangan produk finansial yang melebihi kemampuan regulasi pemerintah.
"Mudah saja untuk mengatakan solusi dari masalah ini adalah dengan mengeluarkan regulasi, regulasi, dan regulasi. Tetapi regulasi berlebihan akan membunuh semangat kreativitas dan inovasi yang merupakan kebutuhan pasar agar bisa berkembang," tuturnya.
Dalam pidato yang disampaikan dalam Bahasa Inggris, Presiden Yudhoyono menyampaikan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatasi krisis jangan menimbulkan masalah lain yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
"Yang kita butuhkan adalah regulasi lebih efektif. Kita harus memiliki regulasi yang seimbang dengan kebutuhan pasar agar bebas berkembang dan kreatif," ujarnya.
Untuk itu, Presiden menambahkan, dibutuhkan desain baru sistem keuangan dunia yang dapat menyeimbangkan peraturan dan perkembangan pasar finansial.
"Dalam sistem baru itu, dunia berkembang terutama ekonomi berkembang Asia, harus memiliki kekuatan untuk menentukan kebijakan," katanya.
Pertemuan G20 di Washington DC, menurut Presiden, tidak saja penting namun juga historis karena telah mengakui peran penting Asia dalam tata ekonomi global.
Presiden dalam pidatonya mengimbau negara-negara Asia untuk menjadi yang terdepan dalam upaya mereformasi sistem keuangan dunia.
Apalagi, lanjut dia, Asia akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia setelah perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di AS dan Eropa.
Dalam pidatonya, Presiden juga mengingatkan agar pemimpin negara Asia berusaha menghasilkan terobosan pada perundingan putaran Doha Desember 2008.
"Terobosan dalam perundingan Doha pasti membutuhkan dorongan politik pada tingkat tertinggi," ujarnya.
Keberhasilan negosiasi produk pertanian dalam putaran Doha, menurut Presiden, akan menghindarkan tragedi berupa keberlanjutan krisis pangan yang kini menimpa dunia.
"Tanpa sebuah sistem perdagangan yang terbuka, adil dan berdasarkan aturan yang memihak pertumbuhan, harga produk pertanian tetap tertekan dan jutaan petani negara berkembang tak memiliki insentif untuk berproduksi,"
tuturnya.
Dalam pidato disampaikan di hadapan 210 peserta dari 25 negara Asia, Presiden Yudhoyono juga menyampaikan keyakinannya terhadap kebangkitan Asia pada abad ke-21.
Forum Parlemen Asia atau Asian Parliamentary Assembly (APA) adalah organisasi parlemen negara-negara Asia yang bekerjasama erat guna mewujudkan perdamaian.
Pertemuan APA pertama dilaksanakan di Bangladesh pada 1999. Pada forum ketiga di Jakarta, APA membahas berbagai macam isu seperti energi, ekonomi, pembangunan berkelanjutan, serta masalah-masalah politik, sosial dan budaya di wilayah Asia.
Menanggapi kondisi internasional saai ini, dalam pertemuan tiga hari mulai 26 November hingga 29 November 2009, APA membahas kebutuhan Asia untuk struktur keuangan global yang baru.
Hasil pertemuan APA ketiga di Indonesia akan dirumuskan dalam bentuk Deklarasi Jakarta pada akhir pertemuan. (*)
Copyright © ANTARA 2008