Tanjungpinang (ANTARA) (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau mencatat komoditi makanan jenis beras dan rokok kretek filter menjadi penyumbang terbesar terhadap garis kemiskinan di wilayah Kepri baik di perkotaan maupun perdesaan.
"Beras dan rokok penyumbang pertama dan kedua pada garis kemiskinan di Kepri periode bulan September 2019," kata Kepala BPS Kepri, Zulkipli di Tanjungpinang, Kamis.
Menurut Zulkipli, beras memberi sumbangan sebesar 15,35 persen di perkotaan dan 20,63 persen di perdesaan, kemudian rokok kretek filter memberikan sumbangan 8,83 persen di perkotaan dan 13,44 persen di perdesaan.
Komoditi lainnya adalah telur ayam ras 3,79 persen di perkotaan dan 4,97 persen di perdesaan, kue basah 3,24 persen di perkotaan dan 4,40 persen di perdesaan, tongkol/tuna/cakalang 2,52 persen di perkotaan dan 4,97 di perdesaan, dan seterusnya.
"Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar baik pada garis kemiskinan perkotaan dan perdesaan adalah perumahan, listrik, dan bensin," katanya.
Baca juga: BPS: Rokok berkontribusi besar terhadap garis kemiskinan
Baca juga: Bappenas soroti rokok sebagai pembentuk garis kemiskinan
Baca juga: BPS: rokok filter pengaruhi garis kemiskinan di Kalbar
Dia katakan, garis kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin.
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Lebih lanjut, ia menyampaikan pada September 2019 BPS menetapkan garis kemiskinan adalah Rp602.038 per kapita perbulan. Nilai garis kemiskinan ini naik sebesar 1,34 persen dibanding September 2018 sebesar Rp567.972 per kapita per bulan.
"Sebesar 66,45 persen garis kemiskinan Kepri pada September 2019 disumbang oleh komoditi makanan," kata Zulkipli.
Jumlah penduduk miskin di Kepri pada September 2019 mencapai 127.758 orang. Terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 704 orang dibandingkan Maret 2019.
"Sementara dengan September tahun 2018 jumlah penduduk miskin naik sebanyak 2.396 orang," katanya.
Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2019 hingga September 2019, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah dari 104.207 orang menjadi 104.234 orang, sedangkan daerah perdesaan berkurang 24.254 orang menjadi 23.524 orang.
"Persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 5,33 persen menjadi 5,26 persen. Sedangkan di perdesaan penurunannya sebesar 0,3 persen dari 11,04 persen menjadi 10,67 persen," katanya.*
Baca juga: Bappenas: beras dan rokok penyumbang terbesar kemiskinan
Baca juga: Penduduk miskin di Bali berkurang
Baca juga: Menurut BPS, rokok jadi pemicu kemiskinan di daerah ini
Pewarta: Ogen
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020