Semarang (ANTARA News) - Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tidak terlalu banyak terkena dampak krisis global karena yang berorientasi ekspor tidak banyak, kata pengamat ekonomi INDEF, Aviliani. Selain itu, katanya di Semarang, Rabu, mereka tidak tergantung kepada dolar Amerika Serikat. Namun, yang menjadi masalah mereka tidak pernah mendapat pembinaan. "UMKM itu hidup mati atas usaha sendiri," katanya. Menurut dia, seharusnya mereka mendapat pembinaan model kelompok dalam usaha yang sama kemudian pemerintah menjualkan hasilnya melaui jaringan yang ada. "Jadi harus dibuat `trading house`. Dari dulu banyak konsep tetapi ketika menyinggung UMKM karena tidak ada untungnya maka tidak jalan, untuk itu sangat dibutuhkan keberpihakan," katanya. Menurut dia, pada era demokrasi ini mekanisme pasar terlalu luas sehingga UMKM dianggap juga sebagai mekanisme pasar sehigga ada yang hidup dan ada yang mati. "Sebenarnya kalau ada pembinaan pasti akan lebih baik. Permasalahan mereka bukan pada permodalan semata, tetapi yang dia butuhkan adalah akses pasar dan bagaimana mutu mereka selalu dijaga," katanya. Selama ini, katanya, pemerintah daerah atau dinas terkait tidak menjaga, tidak pernah mengontrol. Mereka yang didatangi dinas UMKM yang sudah maju untuk dijadikan contoh, tetapi tidak pernah membina UMKM yang masih kecil. Sementara itu, dia mengatakan, industri besar yang terkena dampak krisis global adalah yang tergantung pada barang impor. Mereka yang tergantung impor sebenarnya tidak punya kompetitif karena harganya semakin mahal. Selain itu, katanya, industri besar yang terkena dampak krisis yakni yang berorientasi ekspor dan pasarnya hanya satu.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008