Jakarta (ANTARA) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Rabu pagi,merosot 200 poin menjadi Rp12.300/12.500 dibanding dengan penutupan transaksi hari sebelumnya pada Rp12.100/12.300 per dolar AS, karena kebutuhan dolar AS di pasar domestik masih tetap tinggi.
Direktur Utama PT Finance Corpindo, Edwin Sinaga, di Jakarta, Rabu, mengatakan rupiah cenderung melemah, namun posisinya masih berada di level antara Rp12.300 hingga Rp12.500 per dolar AS.
Hal ini disebabkan pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) terus mencari solusi dalam menyediakan kebutuhan dolar AS bagi pelaku pasar, katanya.
BI, menurut dia, kemungkinan akan bekerja sama dengan bank sentral negara lain untuk mengatasi kebutuhan dolar AS yang meningkat di pasar domestik.
Upaya ini diharapkan akan dapat mengurangi tekanan terhadap rupiah yang semakin terpuruk hingga berada di atas angka Rp12.000 per dolar AS, ucapnya.
Dikatakannya, pasar uang domestik saat ini masih didominasi aksi beli dolar AS, meski mengalami kenaikan yang cukup tinggi dan saatnya untuk dilepas.
Namun pelaku pasar cenderung menahan dolar karena kenaikan dolar AS masih akan berlanjut dan mereka akan melepas apabila ada tanda-tanda penurunan, katanya.
Otoritas moneter sebelumnya meminta para pelaku pasar yang memegang dolar AS agar melepasnya untuk mengurangi tekanan terhadap rupiah, namun upaya itu tampaknya tidak mendapat respon pasar.
Apalagi kebutuhan dolar AS menjelang akhir tahun ini cenderung meningkat, karena berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi pada penutupan tahun, seperti berlibur dan membayar uang sekolah anak di luar negeri, tuturnya.
Rupiah, lanjut dia, pada sore nanti diperkirakan masih akan terkoreksi, karena di pasar lokal belum ada faktor baru yang mendukung pergerakan rupiah.
Sekalipun muncul faktor positif terhadap rupiah, kemungkinan besar sulit untuk memicu rupiah menguat, karena tekanan negatif itu cenderung makin kuat, ucapnya. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008