"Saya kira kami berada dalam suatu situasi yang memungkinkan kami mencapai tahap itu, dan saya ingin mencapai tahap itu," katanya kepada wartawan, menyusul pertemuan dengan Presiden George W. Bush, Wakil Presiden Dick Cheney dan Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice.
Menurut Perdana Menteri Israel tersebut, sudah tiba waktunya bagi Israel dan Palestina "untuk mengambil keputusan mengenai masalah inti".
"Saya siap dan saya berharap pihak lain juga siap," katanya. Ia menambahkan "untuk membuat keputusan, anda tak memerlukan waktu berbulan-bulan".
"Kami sangat percaya bahwa Israel akan mendapat keuntungan dengan menerima negara Palestina, suatu demokrasi di perbatasannya yang bekerja bagi perdamaian. ... Saya percaya visi itu hidup dan perlu dikerjakan," kata Bush, Senin, sebelum pertemuannya dengan Olmert di Gedung Putih. Ia merujuk kepada penyelesaian dua negara.
Penyelesaian tersebut, yang ditaja oleh pemerintah Bush pada 2002, menyampaikan dukungan untuk mendirikan negara Palestina yang berdaulat, independen, demokratis dan aktif melalui tercapainya persetujuan perdamaian menyeluruh dengan Israel, yang hidup berdampingan dalam kedamaian dan keamanan.
"Itu berjalan terus dengan inspirasi, dukungan dan bimbingan anda. Dan ini sangat penting, karena sebagaimana anda katakan, penyelesaian dua-negara adalah satu-satunya cara yang mungkin guna menyelesaikan konflik di Timur Tengah," Olmert menanggapi.
Di bawah tekanan yang diberlakukan oleh pemerintah Bush, para pemimpin Israel dan Palestina, November lalu, sepakat dalam konferensi internasional yang dituan-rumahi AS dan diselenggarakan di Annapolis, Maryland, untuk menghidupkan kembali pembicaraan perdamaian yang macet dan berusaha menyusun kesepakatan perdamaian menyeluruh paling lambat akhir 2008.
Namun pembicaraan perdamaian Palestina-Israel tak membuat kemajuan mendasar akibat perbedaan pendapat yang dalam mengenai masalah sensitif. Gedung Putih, yang berharap akan menyaksikan kesepakatan perdamaian sebelum Bush melepaskan jabatan pada Januari 2009 secara tak resmi telah meninggalkan sasaran yang ambisius tersebut awal November.
Perdana Menteri Israel itu, yang meletakkan jabatan pada September di tengah tuduhan korupsi, diperkirakan akan tetap memangku jabatan sampai pemerintah baru terbentuk setelah pemilihan umum 10 Februari.
Pembicaraan lebih lanjut antara kedua pihak akan diselenggarakan dalam kondisi yang kian tak menentu, dengan prospek kubu hawk kembali berkuasa di Israel dan faksi Palestina yang sangat berbeda menguasai Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza. (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008
Lupakan masalah berunding dan damai itu baru dunia yang benar2 aman.
Mosok berkelahi kok sampai ratusan tahun????kasihan umatku yang kasih akan sesama manusia. yach, kalau saling ngak mau itu namanya konyol.