Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Politik Kastorius Sinaga menilai iklan politik calon presiden Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang menjanjikan sembako murah pada seratus hari kepemimpinan adalah kurang elok di tengah kondisi krisis ekonomi global yang dihadapi banyak negara termasuk Indonesia.
"Iklan politik sembako kurang elok karena hanya memanfaatkan keperluan politik semata, padahal pada saat ini yang dibutuhkan adalah kerjasama bagaimana mencari solusi dalam mengatasi krisis ekonomi global," katanya di Jakarta, Selasa.
Seperti pemberitaan sebuah media lokal menyebutkan iklan PDIP dan Megawati tersebut menjanjikan program 100 hari pertama adalah memperjuangkan sembako murah dengan catatan tidak melampaui daya beli masyarakat.
Terkait iklan tersebut, menurut Kastorius, sebaiknya para pemimpin parpol tidak hanya melihat Pemilu 2009, tapi juga memperhatikan situasi saat ini dengan duduk bersama-sama guna mendapatkan solusi yang terbaik bagi negara ini dalam menghadapi krisis ekonomi global demi menghindari dampak yang buruk kepada masyarakat luas.
"Sebaiknya mereka duduk bersama, untuk mencari konsep yang terbaik dalam menghadapi krisis ekonomi global tersebut agar tidak merugikan masyarakat Indonesia, khususnya rakyat miskin," katanya.
Sementara itu, Menkominfo, Muhammad Nuh mengimbau agar media massa tetap menjaga netralitasnya dan tidak berpihak dalam masa kampanye pemilu 2009. Hal ini untuk mencegah keberpihakan yang memunculkan kecemburuan antar partai atau masyarakat.
"Di masa kampanye seperti ini, media juga jangan lupa diri sehingga hanya memihak ke salah satu atau beberapa partai saja termasuk dalam pemberitaannya," kata Menkominfo, M Nuh, usai membuka Asia Pasific Broadcasting Union, di Nusa Dua, Bali, Senin (24/11).
Menkominfo menilai media elektronik, televisi dan cetak menjadi alat yang paling efektif mengenalkan sesuatu yang baru, apalagi partai politik di masa kampanye seperti ini.Iklan melalui media massa ini membuat masyarakat mulai mengenal beragam partai.
Menkominfo menjelaskan, media massa merupakan alat komunikasi paling efektif dalam pembelajaran politik kepada masyarakat. Pembelajaran ini juga menjadi salah satu alat bagi partai-partai politik khususnya partai baru yang masih perlu sosialisasi.
Menurut M Nuh, banjirnya iklan politik di media massa belakangan merupakan pertanda baik karena masyarakat semakin mengenal partai-partai politik peserta pemilu 2009.
Ia berharap materi dan isi iklan politik harus sesuai dengan etika serta tidak menyinggung partai lainnya. Menkominfo menilai iklan politik yang beredar saat ini masih menjaga etika.
"Sejauh ini partai-partai politik masih realistis dalam menyampaikan pesan politiknya," kata M. Nuh.
Ketua MPR Hidayat Nurwahid menilai masyarakat Indonesia saat ini sudah semakin cerdas dalam menilai berbagai iklan politik yang mulai ramai menghias layar kaca televisi dan substansi iklan-iklan tersebut nantinya akan ditagih masyarakat.
"Masyarakat akan menilai apakah prilaku mereka yang beriklan itu benar-benar sesuai dengan apa yang diiklankan di media massa tersebut," katanya pekan lalu.
Apabila ternyata yang diiklankan tersebut tidak sesuai dengan fakta-fakta di lapangan, menurut Hidayat, hal tersebut justru akan menjadi bumerang.
"Percayalah masyarakat tidak akan memilih orang-orang itu jika faktanya tidak sesuai dengan isi iklan. Itu justru merugikan mereka sendiri yang telah mengeluarkan ratusan juta rupiah untuk beriklan," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008