Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum KADIN MS Hidayat menyatakan perlunya dilakukan langkah all out agar industri terutama yang labour intensif dapat bertahan sehingga tidak ada PHK besar-besaran.
"Kami saksikan di Amerika, resesi benar-benar sudah terjadi sehingga pada Desember ini perlu agenda memberikan apapun stimulus yang membuat labour intensive industry itu bertahan," kata Hidayat usai pertemuan dengan Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Senin malam.
Hidayat menyebutkan, saat ini sudah ada agenda perusahaan-perusahaan berkategori labour intensif untuk melakukan PHK.
"Ini dimulai dengan merumahkan karyawan karena demand terus menurun lebih-lebih mulai Januari nanti, sehingga labour intensif industry harus diselamatkan," katanya.
Menurut dia, masalah yang juga perlu mendapat perhatian adalah agar perusahaan-perusahaan ekspor penghasil devisa yang terpengaruh depresiasi rupiah supaya bisa survive di 2009.
"Itu yang kita diskusikan, kita harus membuat agenda memberikan apapun, baik itu stimulus atau kebijakan yang bisa membuat teman-teman di labour intensif industry merasa terbantu," katanya.
Ia juga mengatakan bahwa para pengekspor mulai kesulitan menghadapi bank karena sekarang bank sangat ketat.
"Itu juga bisa diatasi dengan fasilitas, misalnya membuka L/C harus 100 persen dibayar (padahal sebelumnya tidak), jadi bank juga harus diperkuat," katanya.
Menurut dia, jika dibanding kondisi AS, Indonesia belum separah AS tetapi kalau melihat perkiraan January nanti demand sudah mulai turun maka pasar domestik harus bisa menyerap.
"Untuk itu kita memerlukan agar semua kepentingan mereka bisa diberikan oleh pemerintah asalkan mereka tidak melakukan PHK," katanya.
Menurut dia, dalam kondisi seperti saat ini, pemerintah tidak bisa bertindak bussines as usually tetapi pemerintah harus melakukan corporate action atau bertindak seperti korporasi.
"Jadi serba cepat, misalnya kalau ada peraturan yang masih menghalangi segera diubah," katanya.
Mengenai labour intensif industry apa saja yang mengagendakan PHK, Hidayat mencontohkan, tekstil (TPT), foot wear (alas kaki), dan perkebunan.
"Itu hanya sebagian contoh, kalau angkanya jangan disebut, nanti bisa menimbulkan spekulasi dan bisa menjadi sosial unrest (keresahan sosial)," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008