Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot antar-bank Jakarta sesi Selasa pagi turun tajam, karena aksi beli dolar AS oleh pelaku pasar cukup tinggi, meski mata uang asing itu di pasar global berlanjut melemah.Nilai tukar rupiah turun menjadi Rp11.225/Rp11.240 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp11.025/Rp11.100, atau melemah 200 poin.Direktur Utama PT Financorpindo Nusa, Edwin Sinaga, di Jakarta mengatakan, keterpurukan rupiah yang terjadi sejak awal pekan ini dinilai masih wajar, setelah berkutet pada angka Rp10.950/Rp11.000 per dolar AS."Kami memperkirakan hal itu terjadi sebagai koreksi saja, karena ke depan rupiah akan kembali menguat," ujarnya.Rupiah, menurut dia, hanya menunggu waktu untuk bisa menguat berkaitan dengan rencana pemerintah menerbitkan obligasi (Surat Utang Negara/SUN) kepada masyarakat luas.Kondisi ini juga didukung oleh rencana pemerintah yang lain seperti mengucurkan dana Rp51,2 triliun untuk memberikan kredit kepada pedagang kecil yakni Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) guna mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, katanya.Para analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2009 akan berkisar antara 4,5 persen sampai 5 persen jauh dibawah angka tahun lalu yang mencapai 6,1 persen.Ia mengatakan, terpuruk dolar AS terhadap yen dan euro seharusnya bisa memicu rupiah menguat, namun kenyataannya berbeda, karena itu ada apa di pasar.Tekanan terhadap rupiah kemungkinan bisa saja adanya kebutuhan dolar AS untuk membayar hutang yang sudah jatuh tempo, sehingga isu positif eksternal dengan merosotnya dolar AS tidak dapat menggerakkan rupiah menguat, katanya."Saya masih mempelajari sikap pasar yang sebenarnya apa yang terjadi sehingga rupiah terpuruk tajam," ujarnya.Ia mengatakan, rupiah pada penutupan pasar diperkirakan akan masih terpuruk, karena tekanan negatif itu masih berlanjut akibat aksi beli dolar AS yang semakin besar.Mata uang lokal itu mendapat tekanan pasar hingga di posisi Rp11.125 per dolar AS, namun selang 25 setelah pasar dibuka rupiah makin tertekan, katanya menambahkan. (*)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2009