Semarang (ANTARA News) - Pemerintah sebaiknya tidak perlu risau dan membuat `buku putih` sehubungan dengan disebutnya nama Adam Malik sebagai agen CIA (Agen Rahasia Amerika Serikat) dalam buku "Membongkar Kegagalan CIA", demikian pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Teguh Yuwono di Semarang, Senin.
Menurut Teguh, Adam Malik yang kala itu menjadi menteri luar negeri dan seorang diplomat tentu harus melakukan lobi sana-sini sehingga jika ia disebut sebagai agen CIA maka pemerintah tidak harus menerimanya begitu saja.
"Ini kepentingan politik. Sebenarnya justru muncul pertanyaan apa manfaat dibalik penyebutan agen CIA tersebut," katanya.
Pemerintah, lanjut Teguh, memiliki banyak hal lebih penting yang harus dilakukan pemerintah dibanding klaim Adam Malik agen CIA, seperti kesejahteraan rakyat dan tingginya angka golput atau rendahnya partisipasi masyarakat dalam pemilu.
"Pemerintah sebaiknya fokus saja dengan kebijakan yang bermanfaat untuk rakyat," katanya seraya mengatakan bangsa ini tidak ada untung dan juga tidak rugi jika Adam Malik memang agen CIA.
Teguh menegaskan, bukan waktunya pemerintah dibebani dengan beban sejarah yang tidak produktif untuk masa depan bangsa.
"Adam Malik tetap pahlawan dan tetap memberikan konstribusi terhadap negara," tandas Teguh Yuwono.
Dalam "Membongkar Kegagalan CIA" karangan Tim Weiner, wartawan New York Times, berdasarkan wawancara dengan perwira CIA Clyde McAvoy menyebutkan, Wakil Presiden RI ketiga Adam Malik adalah agen CIA yang direkrut dan dibina oleh McAvoy. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008