Jerusalem, (ANTARA News) - Para pemimpin milter Israel dalam penilaian keamanan (security assessment) menyerukan penyusunan rencana darurat berupa aksi militer terhadap Iran.

AFP yang mengutip harian Haaretz, Minggu, menyebutkan bahwa penilaian yang akan dipresentasikan di hadapan para menteri pada bulan depan itu merupakan bagian dari tinjauan tahunan dari Dewan Keamanan Nasional Israel.

Menurut koran tersebut, penilaian itu juga menyerukan agar Israel dengan segala upaya mencegah Pemilu Palestina, bahkan jika hal itu berdampak pada hubungan dengan AS.

Tantangan di urutan pertama adalah "ancaman Iran terhadap keberadaan Israel", disusul "ancaman strategis" berupa Rudal jarak jauh dan roket dari berbagai negara di kawasan itu.

"Pemerintahan baru Amerika Serikat merupakan peluang dalam mempertahankan kerjasama regional," tulis harian itu.

Para pemimpin militer mengemukakan mereka punya kesempatan terbatas untuk bertindak sebelum Iran memiliki senjata nuklir.

Mereka menyerukan agar Israel menetapkan opsi militer terhadap Iran jika negara-negara lain mengabaikan program nuklir Iran. Pemimpin militer Israel juga menasehati kabinet untuk "dengan bijaksana menyusun rencana darurat menghadapi nuklir Iran."

Penilaian keamanan Israel juga merekomendasikan agar pemerintah mereka mempererat hubungan dengan AS guna mencegah adanya kesepakatan antara Washington dengan Teheran yang membahayakan kepentingan-kepentingan Israel.

Mengenai Palestina, penilaian itu juga menyebutkan kemungkinan gerakan HAMAS akan kembali memenangi Pemilu parlementer seperti tahun 2006, karena itu militer Israel merekomendasikan "pencegahan Pemilu di Otoritas Palestina, meski akan ada konfrontasi dengan AS dan masyarakat internasional."

Mereka juga mengemukakan perlunya rencana bagi serangan darat besar-besaran di Jalur Gaza jika gencatan senjata dengan HAMAS runtuh.

Pada bagian lain, penilaian itu juga menyerukan agar pemerintah Israel melanjutkan pembicaraan perdamaian dengan Suriah.

"Kesepakatan dengan Suriah musti didahulukan meski kita membayar mahal," tulis Haaretz mengutip penilaian itu.

Bayaran itu berupa penarikan penuh Israel dari Dataran Tinggi Golan hingga Laut Galilea, sumber air utama Israel.

Penilaian itu juga menyerukan agar Israel menolak pasokan senjata AS ke negara-negara Arab sekutu AS, khususnya Mesir dan Arab Saudi, karena hal itu akan mematahkan keunggulan Israel, "khususnya di udara."(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008