(ANTARA News) - Presiden-terpilih AS Barack Obama dikhawatirkan cuma menjual isu Irak karena memilih sosok-sosok  mapan pendukung perang Irak  untuk urusan kebijakan luar negerinya.

Menurut situs web harian Telegraph, Minggu, kekhawatiran itu muncul karena Obama memilih Jenderal  James Jones, mantan komandan NATO dan seorang pendukung John McCain, sebagai Penasehat Keamanan Nasional. Sosok lainnya yang mengundang pertanyaan adalah Guberrnur negara bagian Arizona, Janet Napolitano, yang ditunjuk menangani departemen Keamanan Negara. Napolitano adalah pendukung perang Irak.

Obama juga kemungkinan akan mengangkat kembali  Menteri Pertahanan Robert Gates sehingga timbul anggapan bahwa dia tidak akan agresif untuk menuntut penarikan radikal seluruh pasukan tempur AS dari Irak dalam 16 bulan mendatang, padahal itu adalah janjinya saat kampanye.

Chris Bowers dari situs web berpengaruh,  OpenLeft.com, mengeluh  "Secara keseluruhan, itu adalah tim kebijakan luar negeri yang (beraliran) tengah-kanan. Saya merasa sangat kecewa. Langkah-langkah progresif secara keseluruhan sejauh ini sudah ditinggalkan dalam penunjukan-penunjukan (pejabat) penting Obama."

Markos Moulitsas, pendiri Daily Kos site, forum diskusi kaum kiri anti-perang, memperingatkan kemungkinan  bahwa  Partai Demokrat akan "diam seribu bahasa" terhadap pandangan "warga yang punya hak pilih yang dalam jumlah sangat besar memilih perubahan dari kebijakan-kebijakan Bush yang meragukan."

Seorang jurubicara Obama ketika dimintai komentarnya mengatakan "posisi Mr Obama mengenai Irak tidak dan tidak akan pernah berubah."

Pada hari Senin Obama akan resmi mengumumkan tim ekonominya, Ketua  bank Federal Reserve New York,  Timothy Geithner sebagai menteri keuangan dan Gubernur negara bagian  New Mexico Governor, Bill Richardson sebagai  menteri perdagangan.

Terdapat semakin banyak kecemasan pada para generasi baru analis kebijakan luar negeri anti-perang di  Washington bahwa mereka tidak akan masuk dalam pemerintahan Obama.

Hillary Clinton diperkirakan akan menyusun tim departemen luar negerinya yang lebih banyak beranggotakan pemikir konservatif.

Seorang ahli kebijakan demokratis luar negeri kepada suatu situs web di Washington mengatakan "ada orang-orang yang dengan berani sejak awal menentang perang Irak dan banyak di antaranya sejak awal mendukung Obama."

Tapi, tambah ahli itu, kini mereka belum pasti menduduki jabatan-jabatan menengah yang akan mengantarkan mereka ke puncak tangga karier di Washington pada masa depan.

Beberapa orang golongan politik liberal curiga langkah Obama sudah terkompromikan. Hal itu timbul dari pengungkapan bahwa Obama telah beberapa bulan menerima masukan dari  Brent Scowcroft, penasehat keamanan nasional di era pertama pemerintahan Bush.

Kembalinya Scowcroft di Washington menandakan kembali bangkitnya  para realis konservatif paham lama yang kebanyakan terbenam oleh para  neokonservatif saat pemerintahan Bush.

Golongan konservatif itu menempatkan kepentingan nasional AS di atas kepentingan HAM atau demokrasi. Kaum progresif dan liberal menilai  Scowcroft punya peran sehingga Robert Gates bakal kembali menjadi Menhan maupun dalam  penunjukan Jenderal Jones. Gates adalah kawan lama Scowcroft di Pentagon.

Kecurigaan juga timbul setelah pada Jumat malam ada pengumuman bahwa Obama akan mempertahankan kantor politik Gedung Putih, lembaga yang akhir-akhir ini dikait-kaitkan dengan Karl Rove, penasehat Bush. Rove dituding menjalankan pemerintahan dengan  tidak berubah  dan dia sangat partisan dalam kampanye.(*)


Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008