Madinah, 2 (ANTARA News) - Universitas Islam Madinah (UIM) menerima 51 mahasiswa Indonesia untuk tahun 2008 atau meningkat hampir 100 persen dibanding tahun 2007 yang hanya 30 mahasiswa.
Hal itu terungkap dalam kunjungan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh di Saudi Arabia dan Kesultanan Oman DR Salim Segaf Aldjufri ke kampus setempat, Sabtu sore WAS (Sabtu malam WIB).
Dalam kunjungan itu, Dubes Salim Segaf yang juga alumnus UIM itu diterima rektor UIM Prof DR Muhammad bin Ali Al-`Uqla, sejumlah dosen, dan beberapa rekan satu angkatan dari dubes semasa kuliah di UIM.
Pertemuan yang diikuti Atase Pendidikan KBRI di Riyadh Juhdi Syarif dan Konsul Jenderal RI di Jeddah Gatot Abdullah itu membahas kuota beasiswa untuk mahasiswa dari Indonesia.
"Mahasiswa UIM itu sekitar 70 persen lebih mahasiswa dari luar negeri dan mahasiswa Indonesia yang terbesar, karena itu kami datang untuk mengucapkan terimakasih," kata Dubes Salim Segaf.
Dalam empat tahun terakhir, katanya, jumlah mahasiswa Indonesia di UIM selalu meningkat yakni 19 mahasiswa pada 2005, 28 mahasiswa pada 2006, 30 mahasiswa pada 2007, dan 51 mahasiswa pada 2008.
"Jadi, tahun ini (2008), peningkatan jumlah mahasiswa Indonesia cukup signifikan hingga di atas angka 50 orang untuk S-1, S-2, dan S-3. Mereka menilai prestasi mahasiswa Indonesia cukup bagus," katanya.
Oleh karena itu, katanya, ke depan akan ditingkatkan jumlahnya melalui penataran bahasa Arab terlebih dulu, termasuk untuk dosen Indonesia yang diproyeksikan untuk menguji mahasiswa S-2.
"Ke depan, UIM akan membuka jurusan non-agama, seperti kedokteran. Saat ini, mahasiswa Indonesia masih kuliah pada jurusan-jurusan agama, seperti syariah (hukum Islam), ushuluddin (akidah/teologi), dan bahasa," katanya.
Selain itu, katanya, UIM juga berencana memberi kesempatan kepada mahasiswa perempuan. "Semuanya akan mendapatkan beasiswa penuh sebesar 850 riyal per-tahun," katanya.
Secara terpisah, Atase Pendidikan KBRI di Riyadh Juhdi Syarif mengatakan seleksi dilakukan melalui interview, korespondensi, dan sebagian juga diberikan secara langsung kepada lembaga tertentu.
"Seleksinya memang bukan G (government/pemerintah) to G, atau G to U (university/universitas), melainkan U to P (people/masyarakat/calon mahasiswa) dengan mengakses laman (situs) UIM atau KBRI di Riyadh," katanya.
Hingga kini, katanya, jumlah mahasiswa Indonesia di Arab Saudi mencapai 250-an orang dengan 159 orang di antaranya menempuh studi di UIM.
"Kuliah di sini menyenangkan, apalagi mahasiswa Indonesia umumnya cukup pintar dengan nilai B atau A, tapi sistem belajar juga tidak terlalu ketat," kata mahasiswa UIM, Idrus, yang juga putra Dubes Salim Segaf.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008