sebagai wujud pelestarian budaya masyarakat setempatDenpasar (ANTARA) - Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra mengapresiasi Banjar Bun kembali melestarikan kesenian sakral Tari Sang Hyang Jaran yang pernah dipentaskan pada tahun 1905.
"Saya mengapresiasi dan mendukung pelestarian kesenian tersebut. Karena selain dari bagian seni sakral, juga sebagai wujud pelestarian budaya masyarakat setempat," kata Wali Kota Rai Mantra saat menerima rombongan dari Banjar Bun yang memiliki kesenian tersebut di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan tari sakral tersebut melihat dari perjalanan sejarahnya cukup lama, karena itu warga setempat harus mampu melestarikan tari Sang Hyang Jaran tersebut.
"Tari tersebut harus dilestarikan oleh warga setempat. Ini khasanah seni sakral yang berkaitan dengan keberadaan lahirnya tari tersebut di Banjar Bun," ucapnya.
Ketua Panitia Pementasan Tari Sakral Sang Hyang Jaran Banjar Bun, Mangku Wayan Sugiana mengatakan dalam sejarah tercatat yang membuat pertama kali Sang Hyang Jaran adalah Jero Mangku Selonog. Selanjutnya Mangku Selonog memberikan kepada anaknya yang bernama Made Ampug selaku pemangku pertama dari Sang Hyang Jaran.
Mangku Sugiana menjelaskan karena sebagai pemangku di Pura Natih, Made Ampug fokus di pura, sehingga tugasnya diberikan kepada adiknya yakni Jro Mangku Ketut Jambot.
Begitu juga Jro Mangku Ketut Jambot terus meneruskan mengemban tugasnya sebagai Jero Mangku Sang Hyang Jaran sampai tahun 1995. Dan diganti oleh Mangku Ketut Parka.
Mangku Sugiana lebih lanjut mengatakan sekarang yang menjadi pemangku adalah Mangku Gede Antara merupakan keturunan generasi kelima dari Mangku Selonog.
Baca juga: Upaya melestarikan tari sakral Sanghyang Dedari
Baca juga: Tari Sakral Bali kini dilarang ditampilkan untuk kegiatan komersial
"Karena preginanya (penari) yang menarikan dulu sudah tua, maka yang akan menarikan Sang Hyang Jaran adalah anak-anak Banjar Bun," ujarnya.
Proses pengukuhan penari telah dimulai 4 Oktober 2019 dan akan ditarikan pada 15 Januari 2020. Karena itu diharapkan Wali Kota Rai Mantra untuk bisa hadir dan menyaksikan pementasan dari sakral tersebut.
"Kami berharap Bapak Wali Kota Denpasar Rai Mantra untuk bisa hadir dan menyaksikan tari yang sangat sakral itu. Dan pementasan tari tersebut hanya pada acara keagamaan tertentu saja. Dan sarana yang digunakan adalah batok kelapa dibakar dalam pementasan tari ini," katanya.
Baca juga: Seni tari dalam ritual dan budaya Bali
Baca juga: Tari sakral rejang dewa dibawakan penari belum datang bulan
Pewarta: I Komang Suparta
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020