"Saya buta soal batik Papua. Karena itu, tawaran membuat disain produk batik dari daerah itu saya anggap sebagai sebuah kehormatan tetapi sekaligus juga tantangan," kata Ramli dalam jumpa pers Evolution of Batik di Ritz Carlton Hotel, Jakarta, Sabtu.
Acara peragaan busana yang didukung puluhan musisi, penari dan mode serta diformat dalam bentuk kolaborasi musik dan tarian tradisional serta fashion show itu menampilkan produk-produk batik khas tiga daerah, Betawi, Sampang Madura dan Papua.
"Semua jenis batik dari berbagai daerah sudah saya kenal betul, kecuali batik Papua. Karena itu saya benar-benar merasa ditantang," kata Ramli yang 32 tahun berkarir sebagai perancang busana berbahan kain batik.
Ia mengungkapkan, tantangan untuk membuat disain dari bahan kain batik bumii cendrawasih berasal dari sejumlah pejabat Pemda propinsi itu ketika ia diundan melakukan pemotretan di satu daerah dekat penambangan emas.
Kegiatan itu disebutnya sebagai pemotretan tertinggi yang pernah dilakukan dunia fashion. "Bersama 15 model dan sejumlah kru, kami melakukannya di dataran pada ketinggian 4.000 meter di atas permukaan air."
Setelah Evolution of Batik dan demi mewujudkan tantangan dari Papua itu, Ramli akan membawa sejumlah model dan busana rancangannya ke Papua untuk menggelar satu acara fashion show. "Rencananya Pebruari tahun depan." (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008