Depok (ANTARA News) - Analis politik Universitas Indonesia Boni Hargens menyatakan Susilo Bambang Yudhoyono terancam gagal mengikuti Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 karena kemungkinan tidak memenuhi dukungan suara 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara pemilih dalam Pemilu Legislatif.

"Syarat 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara pemilih pada pemilu legislatif 2009 mendatang, dan apabila Golkar pindah koalisi, SBY (Yudhoyono) jelas tak mudah mencalonkan diri jadi presiden," kata Boni Hargens di Depok, Sabtu.

Saat ini pun PPP yang menjadi koalisinya telah mendesak kadernya yang menjadi menteri di kabinet Indonesia Bersatu, Suryadarma Ali, segera mundur dan ini mengisyaratkan PPP mau meninggalkan SBY-JK.

Keadaan Yudhoyono makin sulit karena beberapa mitra koalisinya seperti PBB sudah lebih dulu hengkang, dan PKS pun besar kemungkinan pergi meninggalkan Yudhoyono.

Kunci Yudhoyono sekarang adalah Golkar karena Demokrat cukup sulit menembus angka 20 persen dan survei LSI tentang Partai Demokrat (PD) sebagai partai terkuat bukan kenyataan tapi prediksi sehingga tidak bisa menjadi ukuran.

"Bahkan kalau dilihat secara kualitatif, perolehan Demokrat pada 2009 mendatang tak berbeda jauh dari 7 persen pada pemilu 2004," jelasnya.

Boni menskenariokan akan ada koalisi alternatif di antara parpol-parpol baru, misalnya dengan mengusung Sri Sultan Hamengkubuwono X atau Prabowo Subianto yang artinya mereka tidak memilih Yudhoyono atau Megawati dari PDIP, maka posisi Yudhoyono dalam masalah besar.

"Megawati agak aman karena PDIP sendiri cukup potensial menembus 20 persen," paparnya.

Untuk itu, Demokrat harus bekerja keras untuk memelihara dukungan pemilih yang di Indonesia 45 persennya cenderung berpindah-pindah dan swing voters ini potensial mengantarkan parpol menjadi pemenang pemilu tapi tak dapat diklaim oleh siapa pun.

"Ini semua tergantung bagaimana partai melakukan manajemen kampanyenya menjelang 2009, sehingga bisa meraih jumlah pemilih sebanyak-banyaknya," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008