Mataram (ANTARA News) - Perajin tahu dan tempe di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak mampu membeli bahan baku kedelai bersubsisi karena mereka tidak memiliki modal yang cukup.

"Sejak melonjaknya harga kedelai awal Januari 2008 hingga kini pemerintah masih memberikan subsidi sebesar Rp1.000 per kg," kata Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Mataram, Drs. H. Marzuki Sahaz di Mataram, Sabtu.

Jika perajin diberikan jatah bahan baku kedelai bersubsisi sebanyak 800 kg, para petani hanya mampu membeli sekitar 200 yang berarti lebih dari 600 kg kedelai harus dikembalikan.

Untuk itu, Pemda sedang mendorong para perajin termasuk perajin tahu dan tempe agar membuat koperasi untuk memudahkan mendapakan pinjaman bank karena melalui koperasi perajin akan mendapat pinjaman bank tanpa jaminan.

Selama ini yang menjadi masalah adalah jaminan, akibatnya perajin banyak meminjan kepada tengkulak atau rentener dengan bunga tinggi.

Di Kota Mataram ada 314 perajin tahu dan tempe yang tersebar di enam kecamatan dengan kebutuhan bahan baku 22,5 ton per hari.

"Tahu dan tempe yang telah diproduksi dijual ke berbagai pasar tradisional baik di Kota Mataram, Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok Timur bahkan banyak ditawarkan di kantor-kantor," katanya. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008