Banda Aceh (ANTARA News) - Muhamaad Wali (30), warga Desa Cot Pangee, Lamteungoh/Krueng Tho, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, Jumat (21/11) dilaporkan tewas dibanting seekor gajah liar tidak jauh dari rumahnya.Ketua adat hutan (Pawang Uteun) Sampoiniet, Muhammad Adan, kepada ANTARA di Banda Aceh, Sabtu, menguraikan peristiwa tragis itu terjadi sekitar pukul 22.00 WIB saat korban berada di rumahnya dan satwa liar yang dilindungi itu tiba-tiba muncul dan menarik keluar tubuh korban dengan belalai dibawa lari dalam kegelapan malam.Setelah korban hilang "diculik" gajah, keluarga korban panik dan meminta tolong pada tetangga, namun tak satu pun warga desa itu berani keluar rumah karena khawatir keselamatan jiwa mereka juga terancam."Usaha pencarian baru korban dilakukan Sabtu (22/11). Jenazahnya ditemukan sekitar 30 meter dari rumahnya," kata Muhammad Adan.Warga pinggiran Desa Cot Pangee, sekitar 140 KM sebelah barat Banda Aceh dalam beberapa hari terakhir sering menemukan kawanan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) berjumlah sekitar 13 ekor, namun sebelum ini tidak pernah mengganggu masyarakat.Warga juga heran mengapa yang menjadi sasaran "penculikan" hanya Muhammad Wali, padahal di rumahnya saat itu berkumpul banyak orang. Yang jelas, peristiwa itu berlangsung sangat cepat sehingga keluarga lain tidak dapat berbuat apa-apa.Masyarakat adat hutan setempat mempunyai keyakinan bahwa gajah termasuk satwa liar paling peka, pendendam dan mudah tersinggung sehingga jika ia dicaci maka suatu saat orang pencaci menjadi sasaran kemarahan si gajah."Sebaliknya, kalau dihalau dengan kata-kata sopan, kawanan gajah akan menghilang dan kembali ke habitatnya tanpa menganggu manusia," kata Muhammad.Ia percaya semasa hidupnya korban pernah membuat satwa liar itu "tersinggung" karena perlakuan korban terhadap gajah-gajah itu ."Kalau bukan karena ada persoalan (konflik) sebelumnya, tidak mungkin hanya korban yang diculik dan dibanting hingga tewas karena di rumah tersebut pada malam itu banyak anggota keluarga lainnya," demikian Muhammad Adan. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008