AFP melaporkan, mantan Perdana Menteri Taiwan Lien Chan, yang menjadi ketua kehormatan partai berkuasa Taiwan Kuomintang, memulai perundingan dengan Hu di sebuah hotel di Lima, tempat para pemimpin dunia mengadakan pertemuan puncak Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).
Seorang pejabat Taiwan mengatakan, itu merupakan pertemuan tingkat tertinggi pertama antara kedua pihak sejak 1949, ketika kelompok Kuomintang melarikan diri dari Taiwan setelah mereka kalah dari kelompok komunis dalam perang saudara China.
Pertemuan itu menggarisbawahi hubungan yang membaik dengan cepat antara China dan Taiwan, yang dianggap Beijing sebagai bagian dari wilayahnya yang sedang menunggu penyatuan kembali, dengan kekuatan militer jika perlu.
Taiwan pada Maret memilih tokoh yang memiliki hubungan baik dengan Beijing, Ma Ying-jeou, sebagai presiden, mengakhiri kekuasan dua dekade para pemimpin yang membuat marah China karena dukungan mereka bagi kemerdekaan Taiwan.
Ma sebelumnya bulan ini menjadi presiden pertama Taiwan yang bertemu dengan seorang pejabat tinggi China, yang kunjungannya ke Taipeh menyulut demonstrasi puluhan ribu pemrotes anti-Beijing.
Sejumlah pejabat dari kedua pihak telah menandatangani perjanjian-perjanjian mengenai penerbangan langsung setiap hari, rute kargo baru dan keamanan pangan belum lama ini selama kunjungan pejabat tingkat tinggi Beijing ke wilayah yang selama 60 tahun menjadi saingan politiknya itu.
Chan, seorang pendukung kuat rekonsiliasi dengan Beijing, mewakili Taiwan pada pertemuan puncak APEC, sebuah kelompok dengan 21 anggota yang mewakili separuh perdagangan dunia.
Meski China menentang keras kemerdekaan pulau tersebut, Taiwan diizinkan menjadi anggota APEC dengan syarat tidak disebut sebagai sebuah negara. Tidak seperti anggota-anggota lain APEC, Taiwan tidak mengirim pemimpin tertingginya pada pertemuan-pertemuan puncak organisasi itu.
Sementara itu, mantan Presiden Taiwan Chen Shui-bian saat ini menunggu persidangan atas tuduhan melakukan korupsi dan pemutihan uang, namun ia menganggap kasus itu bermotif politis. Menurutnya, ia telah menjadi korban pembalasan Nasionalis di tengah penyelidikan saat ini.
Kantor kejaksaaan Taiwan belum secara resmi menuntut Chen, namun mendaftarnya dengan lima tuduhan yang dimungkinkan: korupsi, perebutan aset negara, pemanfaatan jabatan untuk memperoleh aset negara secara ilegal, penerimaan suap dan pemalsuan.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008