Jakarta  (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat sore, makin terpuruk sehingga melewati angka Rp12.500 per dolar AS, menyusul makin besarnya kebutuhan dolar di pasar domestik.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merosot menjadi Rp12.540/12.590 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya Rp12.230/12.500 atau melemah sebesar 310 poin.

Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Jumat mengatakan, keterpurukan rupiah hingga di atas angka Rp12.500 per dolar AS dinilai wajar, karena semua mata uang utama Asia juga terpuruk cukup dalam.

"Kami kira wajar apabila rupiah sampai di posisi tersebut, karena gejolak krisis keuangan global memang menekan kesana," ucapnya.

Dalam kondisi ini, menurut dia, Bank Indonesia (BI) masih menahan diri, karena tekanan pasar itu dinilai masih wajar.

Apabila tekanan negatif pasar yang terus terjadi menjadi irrasional (tidak wajar), kemungkinan besar BI akan terus melakukan intervensi dengan melepas cadangan devisanya, katanya.

BI sebelumnya telah menggunakan semua instrumennya seperti pelonggaran likuiditas dengan menurunkan bunga Giro Wajib Minimum dari 9 persen mennjadi 7,5 persen, pembatasan transaksi, dan pengawasan valas serta kenaikan suku bunga acuannya BI Rate.

Namun upaya BI tampaknya tidak mampu menahan tekanan global yang terus menguat, sehingga posisi rupiah terus merosot, katanya.

Edwin mengatakan, dampak krisis keuangan global memang sangat berat, bahkan Amerika Serikat kini telah menuju ke resesi, namun kepercayaan masyarakat terhadap dolar AS tetap tinggi.

Akibatnya mata uang Amerika Serikat itu menguat terhadap semua mata uang utama Asia, katanya.

Ia mengantakan pasar sulit memperkirakan tekanan negatif pasar global sampai sejauh mana yang membuat rupiah terpuruk hingga ke level yang paling berat.

Pemerintah sendiri juga tidak dapat berbuat apa-apa, hanya mengikuti kehendak pasar, apalagi cadangan devisa Indonesia makin tergerus, ucapnya. (*)

Copyright © ANTARA 2008