Washington (ANTARA News) - Pengaruh politik dan ekonomi AS akan merosot pada dua dekade mendatang dan dunia akan berkembang menjadi tempat lebih berbahaya, dengan terjadinya kelangkaan pangan dan air serta melimpahnya persenjataan, badan-badan intelijen AS memproyeksikan, Kamis.Dewan Intelijen Nasional AS dalam analisanya mengenai "Kecenderungan Global 2025" menyatakan krisis finansial sekarang ini di Wall Street merupakan awal dari penyeimbangan kembali ekonomi global dan peranan dolar AS sebagai mata uang penting dunia akan melemah ke titik dimana dolar menjadi suatu yang "pertama di antara yang setara". Laporan itu, yang didasarkan pada survei global para pakar dan berbagai kecenderungan oleh para analis intelijen AS, lebih pesimistis mengenai status AS ketimbang prospek sebelumnya yang dilakukan setiap lima tahun. Namun demikian, laporan itu menyatakan hasilnya sebagian tergantung pada tindakan kepemimpinan. "Periode transisi 20 tahun mendatang menuju sistem baru penuh dengan berbagai risiko," kata pengkajian itu, seperti dilaporkan Reuters.Menurut laporan itu, China dan India kemungkinan bergabung dengan AS di puncak dunia yang multipolar dan bersaing memperebutkan pengaruh. Potensi Rusia sedikit tak menentu, namun Iran, Turki dan Indonesia tampaknya juga semakin berpengaruh.Penuh perubahan Perubahan dari sistem energi berbasis minyak akan berlangsung atau rampung pada 2025 dan teknologi yang dapat diperbarui yang lebih baik, seperti tenaga angin dan tenaga surya akan memberikan peluang terbaik bagi transisi berbiaya murah dan cepat, kata laporan itu.Pemanasan global akan dirasakan, dan berbagai kendala akibat langkanya pangan, air dan energi akan mengobarkan perselisihan mengenai sumberdaya."Sistem internasional, sebagaimana yang dibangun setelah Perang Dunia II, akan menjadi hampir tak dapat dikenali lagi pada 2025, berkat munculnya kekuatan yang baru tumbuh, globalisasi ekonomi, transfer historik kekayaan dari Barat ke Timur, dan meningkatnya pengaruh para aktor bukan negara, kata laporan itu. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008
Kapan kita bisa menghargai orang secara objektif?