Kami akan terbang hingga empat sampai lima sorti penerbangan. Ini sebagai ikhtiar untuk mengurangi potensi curah hujan yang sangat tinggi
Jakarta (ANTARA) - Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) diintensifkan dengan empat sorti penerbangan yang membawa NaCl atau garam untuk proses penyemaian awan dalam rangka mengantisipasi prakiraan cuaca buruk pada 11 sampai 12 Januari 2020 di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
"Kami akan terbang hingga empat sampai lima sorti penerbangan. Ini sebagai ikhtiar untuk mengurangi potensi curah hujan yang sangat tinggi," kata Kepala BPPT Hammam Riza dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, di Jakarta, Sabtu.
Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengunjungi Posko TMC di Lanud Halim Perdanakusumah Jakarta, Sabtu.
Sejak 3 Januari 2020, operasi TMC dilakukan untuk penanggulangan banjir di wilayah Jabodetabek dengan cara mempercepat penurunan hujan sebelum mencapai wilayah itu.
Teknologi Modifikasi Cuaca pada misi ini ditujukan untuk meredistribusi dan mengurangi potensi curah hujan di wilayah Jabodetabek.
Penerbangan penyemaian dilakukan pada awan-awan potensial hujan di wilayah Barat dari ibu kota Jakarta, dari Kepulauan Seribu, dan sepanjang Selat Sunda hingga di barat Daya wilayah Banten dan Jakarta.
"Penyemaian difokuskan ke awan potensial hujan yang berada di atas laut," tutur Hammam.
Hingga Sabtu (10/1), pelaksanaan TMC telah dilakukan sebanyak 28 sorti dengan total jam terbang lebih dari 60 jam dan total bahan semai yang digunakan hampir 50 ton, dengan ketinggian penyemaian sekitar 9.000- 12.000 feet.
Operasi TMC ini didukung dua unit pesawat TNI-AU, yakni pesawat CN 295 registrasi A-2901 Skadron 2 dan pesawat Casa 212 registrasi A-2105 Skadron 4 Malang.
Dari data Posko TMC ditunjukkan bahwa operasi ini telah mampu mengurangi curah hujan wilayah hingga mencapai sekitar 44 persen dari prakiraan. Hasil operasi itu menunjukkan tren penurunan curah hujan yang signifikan.
Operasio TMC pernah juga dilakukan untuk mengurangi dampak ancaman banjir Jakarta pada 2013.
Selain untuk penanggulangan banjir, TMC juga dapat digunakan untuk keperluan lain antara lain pencegahan bencana kekeringan, mengantisipasi gagal panen, penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, hingga mengisi debit air di waduk untuk keperluan pembangkit listrik tenaga air.
Sebelumnya, beredar luas peringatan mengenai cuaca ekstrem di Jakarta pada 12 Januari 2019 dari Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) yang menjadi viral pada Rabu.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan hujan lebat masih berpotensi terjadi di wilayah Jabodetabek pada 9-12 Januari 2020 namun tidak seekstrem hujan yang terjadi pada tahun baru 1 Januari lalu.
"Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti angin kencang, genangan, banjir, banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, dan jalan licin," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG R Mulyono R Prabowo.
Hasil analisis dinamika atmosfer menunjukkan aktivitas monsun Asia masih signifikan dan gelombang atmosfer (MJO) masih aktif di wilayah Indonesia.
Sedangkan pada 11-12 Januari 2020 secara umum, kondisi hujan di wilayah Jabodetabek relatif berkurang dibandingkan dengan periode tanggal sebelumnya. Hujan dengan intensitas ringan-sedang masih dapat terjadi terutama di wilayah Bogor, Depok, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Bekasi, dan Tangerang.
Baca juga: Tangani banjir, BNBP-BPPT-TNI manfaatkan teknologi modifikasi cuaca
Baca juga: TMC mampu reduksi intensitas hujan hingga 40 persen, sebut BPPT
Baca juga: BPPT siapkan teknologi modifikasi cuaca cegah banjir di Jabodetabek
Baca juga: TNI AU taburkan 4,8 ton garam ke awan cumulus
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020