Rio de Janeiro (ANTARA News) - Menteri Pertanian Anton Apriyantono mengatakan Indonesia harus banyak belajar dari kemajuan pertanian di Brasil antara lain dari kehebatan program penelitian dan pengembangannya.
"Ada banyak hal yang kita belajar dari Brasil, meski memang ada kondisi yang berbeda, terutama dari sisi luas lahan," kata Mentan di sela-sela mengikuti kunjungan kerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Rio de Janeiro, Brasil, Rabu waktu setempat.
Sebelumnya pada Rabu pagi, Mentan mendampingi Presiden meninjau dan mendengarkan penjelasan mengenai kemajuan teknologi serta program penelitian dan pengembangan pertanian Brasil di Embrapa, sebuah badan penelitian pertanian milik pemerintah Brasil.
Dijelaskannya, dari sisi jumlah lahan, Brasil sangat mungkin untuk mencapai swasembada pangan bahkan menjadi eksportir terbesar komoditi pertanian dunia.
"Kalau kita bandingkan, dari total 850 juta hektar luas daratan Brasil, 366 juta hektar lahan pertanian, dan 210 juta hektar ladang pengembangan sapi," katanya.
Dengan demikian, dari sudut luas lahan, Indonesia tidak akan mungkin mencapai swasembada dalam berbagai komoditi pertanian sebagaimana diinginkan banyak orang sesuai dengan sebutan sebagai negara agraris.
Karena keterbatasan lahan itulah, maka program swasembada pangan di Indonesia seharusnya hanya untuk beberapa tanaman seperti beras, jagung, dan gula.
Kemajuan pertanian Brasil, lanjutnya juga karena dukungan dana dari pemerintah yang besar di bidang penelitian.
"Peran pemerintah sangat besar. Anggaran penelitian pertanian Pemerintah Brasil sebesar 650 juta dolar AS per tahun atau setara dengan Rp6 -7 triliun. Jumlah itu hampir 10 kali lipat dari anggaran penelitian Departemen Pertanian," katanya.
Menurut Anton, pusat penelitian Embrapa bekerja dengan program yang terintegrasi dan tahapan yang jelas serta bekerja sama dengan perguruan tinggi.
"Mereka punya roadmap penelitian yang jelas. Inilah yang akan kita tiru dari Brasil," katanya.
Penelitian pertanian di Indonesia yang dilakukan departemen, lembaga pemerintah non departemen, swasta, dan Perguruan Tinggi masih berjalan sendiri-sendiri dan tertutup satu sama lain.
Untuk itu, Departemen Pertanian tahun ini sudah membuat konsorsium peneliti dalam beberapa bidang seperti padi, sawit, perubahan iklim, peternakan sapi, sosial ekonomi pertanian, dan kedelai.
Departemen Pertanian menyediakan dana masing-masing Rp3 miliar untuk penelitian sawit dan Rp2 miliar untuk padi. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008