Jakarta  (ANTARA News)  - Anggota DPR dari Komisi XI DPR, Dradjad Hari Wibowo, mengindikasikan rasa kecewanya terhadap seruan BI agar masyarakat membantu BI menjaga nilai tukar rupiah dengan melepas dolar AS yang mereka miliki. "Himbauan seperti itu memang ditafsirkan pelaku pasar sebagai pengibaran 'bendera putih'. Masyarakat tidak akan melepas dolar AS karena `gain` sudah tinggi. Bukan tidak mungkin mereka malah menunggu `gain` yang lebih tinggi," kata Dradjad di Jakarta, Rabu, saat diminta komentarnya atas himbauan tersebut. Menurutnya, pernyataan BI tersebut bisa menjadi tanda-tanda mulai melemahnya BI sebagai otoritas moneter dalam menjalankan mandatnya. "Dalam pertempuran, tidak boleh ada `signs of weakness` seperti itu," kata anggota DPR dari Fraksi PAN itu. Sementara itu, ekonomi BNI,  A Tony Prasetyantono mengatakan himbauan itu lebih sebagai langkah BI mempengaruhi moral pasar. "Meski saya yakin BI menyadari bahwa efektivitasnya diragukan, tapi Pak Boediono (Gubernur BI-red) memang harus melakukan juga karena dengan cara lain sudah sulit," katanya. Dia mengatakan, BI telah melakukan upaya maksimal dengan cara menaikkan suku bunga, dan melakukan intervensi, dengan konsekuensi merosotnya cadangan devisa BI. "Tampaknya BI memang perlu bantuan pemerintah yg memiliki domain kebijakan skema `blanket guarantee`. Tapi sayangnya pemerintah masih bersikukuh untuk tidak melakukannya," jelasnya. Dia memperkirakan, pemerintah masih trauma dengan BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia). "Tapi menurut saya situasi sekarang beda dengan 1998 ketika BLBI dikucurkan. Sekarang `governance` lebih baik, sehingga potensi terjadinya skandal BLBI tidaklah sebesar 1998," jelasnya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008