Jakarta (ANTARA) - Pencemaran udara yang terjadi di bumi secara umum berdampak pada lingkungan, termasuk perubahan iklim dan pemanasan global, kata Esrom Hamonangan Panjaitan, pemateri dalam diskusi Catatan Kritis Lingkungan Hidup 2020 di Jakarta, Jumat.
"Polusi udara itu berdampak pada lingkungan dan dampak itu kita rasakan. Salah satunya, perubahan iklim serta pemanasan global," kata dia.
Perubahan iklim tersebut juga berkaitan dengan intensitas atau curah hujan yang terjadi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) dan sekitarnya beberapa waktu lalu yang menyebabkan banjir.
Rentetan kejadian yang menyebabkan perubahan iklim tersebut berawal dari polusi udara yang menyebabkan pemanasan kota atau peningkatan temperatur.
"Pemanasan kota itu tidak hanya dari antropogenik yang diemisikan oleh kendaraan bermotor, namun juga adanya temperatur itu sendiri," kata pemateri dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) itu.
Baca juga: Teknik analisis nuklir, metode penting cari sumber pencemaran udara
Baca juga: Korea Selatan akan tutup hingga 15 persen pembangkit listrik batu bara
Baca juga: Dinkes Palembang kembali bagikan masker hindari asap Karhutla
Bisa dibayangkan, ujar dia, satu kendaraan bermotor saja mampu mengemisikan gas yang mengandung panas sekian derajat. Apalagi jika jumlah kendaraan tersebut terus bertambah dan berlipat ganda serta terus beroperasi di dalam suatu kota.
Tentunya kondisi tersebut berimbas pada begitu besarnya emisi yang dihasilkan oleh kendaraan dan total panas yang mencemari lingkungan sekitar.
Pencemaran udara terjadi karena sudah melebihi toleransi lingkungan yang ada. Saat atmosfer terus berada pada temperatur yang tinggi, bumi juga terus berputar sehingga secara alamiah awan dingin akan berdatangan untuk mendinginkan panas tadi.
"Dengan semakin banyak awan, maka lama kelamaan akan turun hujan. Itu dampaknya. Jadi ada pemanasan global, perubahan iklim dan pemanasan kota," ujarnya.
Kemudian dampak lainnya ialah hujan asam sebagaimana terkait pula dengan hujan yang terjadi di Jabodetabek. Bahkan pH atau derajat keasaman hujan di wilayah ini sudah mencapai sekitar 5,2.
"Dampaknya cukup dahsyat dan semuanya berawal dari pencemaran udara," kata dia.*
Baca juga: Walhi: Kabut asap di Palembang semakin parah
Baca juga: Walhi: Pencemaran udara di Palembang level sedang
Baca juga: Status darurat pencemaran udara Riau dicabut
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020