Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Rabu sore, akhirnya menembus angka Rp12.000 per dolar AS, setelah beberapa lama berkutat di kisaran  Rp11.500 sampai Rp11.900, menyusulterus menguatnya tekanan pasar.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp12.000/12.028 per dolar AS (Pukul 15.30) dibanding penutupan hari sebelumnya Rp11.925/12.100 atau turun 75 poin.

Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Rabu, mengatakan rupiah bisa melewati angka Rp12.000 per dolar AS, akibat aktifnya pelaku pasar memburu dolar AS, meski kenaikan mata uang asing itu dinilai sudah cukup tinggi.

Terpuruknya rupiah karena kondisi pasar yang makin negatif, dan tidak ada faktor pendukung yang mendorong rupiah untuk bisa bergerak naik, katanya.

Faktor utama terjadi tekanan itu, menurut dia, karena di Amerika Serikat sendiri kebutuhan akan dolar sangat tinggi, setelah negara Paman Sam itu mengalami krisis kredit bermasalah sektor perumahan  (subprime mortgage) yang berlanjut hingga menjadi krisis keuangan global.

Keterpurukan rupiah itu memang tidak sendirian, hampir semua mata uang utama Asia juga terpuruk terhadap dolar AS, meski negara pemilik dolar AS sedang mengalami krisis, katanya.

Jadi masalah global ini, lanjut dia tidak bisa diatasi oleh negara dengan sendiri-sendiri, mereka harus bersatu mengatasi gejolak krisis keuangan global.

Karena itu, para ketua bank sentral setiap negara harus melakukan pembahasan dalam mengatasi, sehingga masalah tidak berlangsung dalam waktu yang lama, katanya.

Rupiah, menurut dia, diperkirakan akan masih melemah hingga meliwati angka Rp12.000 per dolar AS, meski diharapkan tidak akan dapat meliwati angka Rp15.000 per dolar AS dimana rupiah pada krisis ekonomi pertama di Indonesia (tahun 1997) sempat berada di level tersebut.

Sulit untuk menahan gejolak pasar yang terus meningkat, karena pasar saat ini didominasi aksi beli dolar AS oleh pelaku pasar, katanya. (*)
 

Copyright © ANTARA 2008