Singapura (ANTARA News) - Harga minyak dunia di perdagangan Asia, Rabu, tetap bertahan di level terendah dalam 22 bulan terakhir, namun para analis mengatakan harga akan turun akibat kekhawatiran penurunan permintaan energi.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pegiriman Desember, naik tiga sen pada 54,42 dolar AS per barel, setelah pada Selasa ditutup turun 56 sen menjadi 54,39 dolar AS di New York, terendah sejak Januari 2007.

Minyak mentah Brent Laut Utara untuk penyerahan Januari naik tiga sen pada 51,87 dolar AS, setelah turun 47 sen pada 51,84 dolar AS pada Selasa di London.

Kekhawatiran pelambatan pertumbuhan ekonomi global dan pengaruhnya terhadap permintaan energi telah mendorong harga minyak merosot dari harga tertingginya di atas 147 dolar AS pada Juli.

Harga minyak akan jatuh lagi menjadi 43 atau 44 dolar AS per barel, sebelum "rebound" sejalan dengan ekonomi global tahun depan, kata CFC Seymour Securities dalam sebuah laporannya di Hongkong.

"Kami yakin harga akan turun hingga ada bukti bahwa ekonomi AS sudah pada jalurnya untuk mengakhiri resesi," kata CFC Seymourkepada AFP.

Phil Flynn, dari Alaron Trading, mengatakan minyak "sedang menghadapi tekanan dari ekonomi global".

Pada Selasa, Pusat Studi Energi Global (Centre for Global Energy Studies/CGES) dalam proyeksinya menyatakan permintaan minyak dunia kemungkinan akan menyusut tahun ini untuk pertama kalinya dalam 25 tahun, sehingga menekan sentimen pasar.

Lembaga riset pasar energi yang berbasis di London ini, mengatakan harga minyak terus turun meski kartel OPEC menyepakati pengurangan produksi 1,5 juta barel per hari.

Harga minyak akan terus merosot "hingga penurunan produksi riil telah diimplementasikan," kata CGES.

Organisasi Negara Pengeskpor Minyal (OPEC), yang memproduksi 40 persen dari minyak mentah dunia, sejauh ini gagal mengimplemtasikan secara penuh pengurangan produksinya yang dilaksanakan mulai 1 November, menurut para analis.

"Proyeksi permintaan minyak terus direvisi turun dan kontraksi tahun-ke-tahun dalam permintaan minyak global pada 2008 dan 2009, sekarang sangat memungkinkan untuk pertama kalinya dalam 25 tahun," kata CGES.

"Harga minyak akan tergantung pada bagaimana, dan seberapa cepat, OPEC menurunkan produksinya dalam merespon penurunan permintaan minyak," tambahnya.

OPEC akan menggelar pertemuan pada 29 November di Mesir, dan beberapa anggotanya menyerukan agar kartel memangkas produksinya lagi dalam menghadapi jatuhnya harga. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008