Jakarta, (ANTARA News) - Menteri BUMN Sofyan Djalil membenarkan bahwa PT Krakatau Steel sedang menurunkan produksi yang berakibat sekitar 2.500 orang karyawan akan dirumahkan sementara.

"Mungkin, merumahkan karyawan merupakan tindakan yang disengaja, karena satu di antara dua pabrik saat ini sedang dalam perawatan," kata Sofyan, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu.

Menurut Sofyan, alasan perseroan mengurangi produksi terkait dengan merosotnya harga baja di pasar internasional dan turunnya permintan di saat jumlah persediaan baja perseroan masih sangat besar.

"Dengan menurunkan produksi stok yang ada diharapkan bisa dijual, sambil juga memperbaiki pabrik," katanya.

Sebelumnya Dirut PT Krakatau Steel Fazwar Bujang dalam suatu kesempatan sempat menginformasikan akan merumahkan sekitar 2.500 karyawan selama proses perawatan pabrik.

Namun kemudian dibantah, dengan alasan bukan merumahkan tetapi menurunkan kapasitas pekerjaan sejumlah karyawan.

Sofyan menjelaskan, langkah yang diambil manajemen tidak menjadi masalah asalkan sebelumnya telah diperhitungkan dengan tepat.

Masalah serupa (menurunkan kapasitas) sesungguhnya bukan saja dialami Krakatau Steel, tetapi juga seluruh perusahaan baja termasuk perusahaan yang baru beroperasi sekalipun, mengalami nasib yang sama.

Ia tidak merinci sampai kapan perusahaan menjalankan program menurunkan kapasitas kerja karyawan itu akan berlangsung.

"Tergantung bagaimana persediaan baja yang dimiliki. Yang pasti gaji karyawan tetap penuh, namun tidak ada bonus, dan tunjangan lain-lain," ujarnya.

Dalam situasi seperti sekarang yang penting bagi pemerintah diutarakan Sofyan, bagaimana pemerintah membuat kebijakan supaya baja illegal tidak masuk ke dalam negeri.

"Menurunkan kapasitas sifatnya hanya cyclical saja, di tengah upaya pemerintah mengantisipasi berbagai praktik yang merugikan perusahaan nasional seperti adanya penyelundupan baja, maupun dumping," katanya.

Terkait rencana penjualan saham perdana (IPO) Krakatau Steel yang diprediksi baru bisa direalisasikan pada tahun 2009 akibat pasar saham yang sedang ambruk, Sofyan menegaskan fokus saat ini adalah mengambil tindakan untuk penyelamatan perusahaan di tengah krisis keuangan global yang berimbas pada penurunan permintaan baja di pasar.

"Kita bicara selamat dulu lah, baru kemudian bicara IPO," katanya.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008