Bengkulu (ANTARA News) - Penarikan dana besar-besaran (rush) di Bank Muamalat Bengkulu tidak terjadi bahkan ada kecendrungan jumlah dana yang ditempatkan makin meningkat sejalan bertambahnya bagi hasil hingga mencapai nilai setara delapan persen pertahun.
Supervisi manajer bank Muamalat Bengkulu, Peggy Triregina, di Bengkulu, Selasa, mengatakan, dari dana yang masuk hanya sebesar 50 persen yang ditarik kembali baik di ATM maupun langsung ke bank dan 20 persen disalurkan, sisanya tinggal di bank.
"Transaksi kita perhari mencapai ratusan juta hingga milyaran rupiah. Kondisinya tidak beda dengan sebelum adanya krisis keuangan global," ujarnya.
Kebijakan meningkatkan jaminan bagi dana masyarakat di perbankan dari Rp100 juta menjadi Rp2 Milyar ikut membantu dalam mengerem laju penarikan dana.
Peggy mengatakan, dampak krisis keuangan global belum begitu dirasakan oleh nasabah bank. Hingga kini juga belum ada nasabah yang minta direstrukturisasi ataupun dijadwal ulang utangnya.
Manajemen bank muamalat sendiri mensiasati krisis keuangan global tersebut dengan lebih hati-hati dalam menyalurkan dana agar tidak terjadi kredit yang berpotensi macet.
Dana pihak ketiga yang dikelola bank muamalat Bengkulu mencapai Rp90 milyar lebih sementara rasio simpanan terhadap pinjaman (FDR) mencapai 100 persen.
"Kita usahakan dana yang masuk dari Bengkulu bisa disalurkan kembali di daerah itu untuk menghidupkan sektor riil. Kebijakan itu juga diterapkan didaerah lain agar tidak terjadi pelarian modal (Capital flight)," ujarnya.
Peggy menegaskan, pertumbuhan nasabah bank muamalat juga terus meningkat secara signifikan dari waktu kewaktu. Kepercayaan itu tidak terlepas dari baiknya layanan yang diberikan serta kesadaran masyarakat untuk bertransaksi berdasarkan syariah.
Meski begitu, secara keseluruhan dana pihak ketiga yang singgah di perbankan syariah di Bengkulu termasuk bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) masih minim atau dibawah dua persen dari total perputaran dana perbankan didaerah itu.
Dalam penyaluran dana, pihaknya juga bekerja sama dengan baitul maal wattamwil (BMT) dan koperasi-koperasi untuk mengakomodir pinjaman anggotanya.
Sekarang ini, manajemen bank juga belum memberikan pinjaman untuk kegiatan konsumtif seperti kredit kendaraan ataupun biaya pendidikan anak.
"Kita lebih mengedepankan memajukan usaha kecil menengah. Bisa saja usaha kecil yang tengah kesulitan keuangan ditambah kreditnya dan dijadwal ulang pembayaran cicilan," ujarnya.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008