Koordinator lapangan, Juapril di Kendari, Selasa, mengatakan, aksi segel kampus dengan menggunakan kayu adalah akumulasi kekecewaan mahasiswa atas minimnya sarana dan prasana penunjang perkuliahan.
"Rasionalkah sebuah lembaga perguruan tinggi (PT) tidak memiliki sarana perkualiahan yang memadai, seperti kursi dan meja," kata Juapril.
Mahasiswa terpaksa membawa kursi dari satu ke ruangan lain, jika mengikuti perkuliahan karena tidak semua ruangan memiliki kursi.
Selain kekurangan sarana belajar, juga BEM Unsultra meminta penambahan tenaga pengajar (dosen) untuk mengoptimalkan proses perkuliahan.
"Dosen manusia biasa yang memiliki keterbatasan dalam aktifitas keseharian. Di kampus kami ada dosen yang mengajar sampai empat mata kuliah dalam sehari sehingga dipastikan tidak akan maksimal," katanya.
Mahasiswa yang menggelar aksi unjukrasa yang diwarnai pembakaran ban bekas di kampus II Unsultra mendesak bertemu Rektor Unsultra, Ichlas Mapilawwa.
Sekitar satu jam tidak memperoleh kepastian keberadaan Rektor mahasiswa menyegel pintu masuk kampus dan mengusir sejumlah dosen serta staf.
Beberapa saat kemudian mahasiswa bergerak menuju kampus I sekitar 10 kilometer karena memperoleh informasi bahwa Rektor Unsultra berada di sana.
Mahasiswa yang dikawal aparat kepolisian menemui Rektor Unsultra guna menyampaikan tuntutan, yakni peningakatan sarana prasarana perkuliahan serta penambahan tenaga pengajar.
Rektor Unsultra, Ikhlas Mapilawa berjanji memenuhi tuntutan peningkatan sarana perkuliahan pertengahan Desember 2008.
"Tidak ada pilihan lain, kecuali mengadakan sarana perkuliahan demi mengoptimalkan proses belajar dan mengajar," kata Ikhlas.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008