Jakarta (ANTARA News) - Pertemuan kepala negara-negara anggota G20 yang baru saja berakhir terbukti tidak menghasilkan perubahan mendasar terhadap tata ekonomi dunia, kata Dani Setiawan, Ketua Koalisi Anti Utang (KAU) di Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan, bahwa komitmen G20 untuk mendukung program pinjaman jangka pendek IMF melalui fasilitas likuiditas dan dukungan program dari IMF hanya akan memperpuruk negara Selatan termasuk Indonesia dalam jerat utang baru.
Menurut dia, rekomendasi G20 hanya akan semakin mengukuhkan sistem kapitalisme pasar bebas serta memperkuat peran IMF, Bank Dunia, dan WTO dalam menangani krisis global.
Hal tersebut bertentangan dengan desakan masyarakat dunia untuk merombak total atau bahkan membubarkan Instutusi Bretton Wood ini, ujarnya.
Ia mengatakan, IMF dan Bank Dunia terbukti berkali-kali gagal dalam menjalankan mandatnya untuk menjaga stabilitas keuangan global dan memperburuk krisis lewat resep generik Stuctural adjustment program di Negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin.
"Alih-alih bertanggung jawab terhadap kegagalannya tersebut, Lembaga ini selalu mengambil untung dari krisis yang terjadi, lewat penyaluran utang baru," katanya.
Khusus bagi Indonesia, ujarnya, penegasan terhadap sistem kapitalisme pasar bebas oleh Negara G20 secara prinsip bertentangan dengan prinsip Demokrasi Ekonomi yang dianut dalam konstitusi Undang Undang Dasar 1945.
Jika tidak hati-hati, tambahnya, keikutsertaan Indonesia dalam kesepakatan tersebut justeru merupakan bentuk pengingkaran terhadap konstitusi.
Koalisi Anti Utang menentang upaya penambahan utang baru dan mendesak pemerintahan SBY-JK untuk menegosiasikan penghapusan utang, ujarnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008