Ekonom BNI, A. Tony Prasetiantono di Jakarta, Selasa mengatakan, inflasi pada 2009 diperkirakan berada pada 7,5 persen, sehingga pertumbuhan ekonomi diperkirakan bakal berada pada 5,0-5,5 persen.
"Karena tekan inflasi merendah, maka suku bunga SBI akan berada pada 8-8,5 persen. Itu akan menjadi modal perekonomian. Kunci lainnya adalah peningkatan belanja pemerintah. Sejak Januari, pemerintah harus mempercepat belanja. Jangan ada penundaan," kata Tony.
Dia juga mengatakan, nilai tukar rupiah akan berada pada kisaran Rp10.000-10.500 per dolar AS, dengan syarat pemerintah segera menerapkan kebijakan blanket guarantee.
"Jika tidak ya nilai tukar bisa berada pada Rp11.000-11.500," jelasnya. Dengan demikian, tambahnya, masih ada peluang terjadinya imported inflation akibat lemahnya nilai tukar rupiah tersebut.
Sementara harga minyak dunia, katanya, bakal berada pada kisaran 80 dolar AS per barel dengan mempertimbangkan harapan sektor riil dan tingkat permintaan internasional.
"Kalau terlalu rendah, nanti akan menekan harga komoditas yang kemudian akan menekan pendapatan petani di daerah. Nantinya itu bisa memukul perbankan yang memberi banyak kredit pada petani. 80 dolar AS itu sudah merupakan nilai tengah," katanya.
Sementara itu, Kepala Riset Recapital Securities, Poltak Hotradero mengatakan, ada beberapa bulan di tahun 2008 dengan tingkat inflasi yang tinggi seperti bulan Januari, Maret, Mei, Juni, Juli, dan September, sehingga jika inflasi pada bulan-bulan tersebut rendah, maka inflasi sepanjang tahun 2009 akan rendah.
"Kuncinya Januari nanti. Jika Januari bisa lebih rendah dari inflasi Januari 2008, maka BI rate bisa turun terus pada 2009. Apalagi jika fed rate bisa turun menjadi 0,5 persen," katanya.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008