Banda Aceh (ANTARA News) - Sejumlah delegasi dari negara Eropa dan Asia yang tergabung dalam Jaringan Asian-European Meeting (ASEM), Rabu besok (19/11), akan bertemu di Aceh. Mereka akan membahas mengenai hubungan dan konflik antara masyarakat lokal dan pendatang di Asia maupun Eropa. "Biasanya setelah konflik dan damai, terjadi konflik antara pendatang dan warga lokal karena adanya benturan budaya di suatu daerah bekas konflik," kata Pimpinan untuk studi perdamaian dan konflik ASEM Timo Kivimaki di Banda Aceh, Selasa. Konferensi yang diikuti sembilan negara Eropa dan Asia itu bertujuan mengambangkan pengetahuan dan kerjasama untuk menyokong hubungan harmonis antara pendatang dan masyarakat lokal. Konferensi ASEM di Aceh merupakan konferensi internasional yang kedua diikuti oleh pakar-pakar konflik dari Spanyol, Finlandia, Cina, Swedia, Denmark, Norwegia, Filiphina, Jerman dan Singapura. Menurut Timo, konflik antara pendatang dan warga lokal kerap terjadi setelah damai seperti di Asia dan Eropa. Di beberapa negara hubungan antara pendatang dan warga lokal cenderung ditandai ketegangan politik dan sosial, rasisme serta stereotip. Aceh sebagai daerah bekas konflik yang menjalani perdamaian juga kemungkinan akan mengalami ketidakharmonisan antara pendatang dan warga lokal terlebih lagi daerah di ujung Pulau Sumatera itu memiliki budaya yang berdasarkan ajaran Islam yang kuat. Menurut peneliti senior dari Nordic Institute For Asian Studies yang berkedudukan di Copenhagen, Denmark itu, isu mengenai hubungan antara pendatang dan masyarakat lokal sangat penting dan perlu dibahas guna mengatasi ketegangan dan belajar dari pengalaman negara lain. Sementara itu, Wakil Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Muhammad Nazar mengatakan setelah ditandatanganinya kesepakatan (MoU) damai Helsinki semua pihak sepakat menjaga damai tersebut. "Aceh memiliki pengalaman yang panjang mengenai konflik dan jalan yang sulit menuju damai karena itu bagaimanapun damai harus tetap dijaga," demikian Muhammad Nazar. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008