Jakarta, (ANTARA News) - Dewi Anggraeni, novelis dan jurnalis Indonesia yang bermukim di Melbourne, kali ini sedang pulang kampung untuk menemui sejumlah warga keturunan Tionghoa di Tanah Air sebagai bagian dari proses pembuatan buku dengan memacu kendaraan dekonstruksi. "Saya ingin mendobrak stereotip yang selama ini melekat dan menunjukkan bahwa tidak 100 persen stereotip itu benar tetapi juga tidak 100 persen salah," kata Dewi ketika berbicara dalam acara bincang-bincang tentang karyanya di Jakarta, Senin petang. Untuk kepentingan tersebut Dewi berkeliling ke beberapa daerah tempat tinggal para respondennya seperti di Singkawang, Jogjakarta, Bangka, Bogor dan Jakarta. "Saya tidak menggunakan teknik wawancara saja, tetapi betul-betul ikut terlibat dan menjadi bagian dalam kehidupan mereka sehari-hari, agar saya bisa lebih mengenal mereka seperti apa adanya," tutur Dewi dalam acara yang berlangsung di Domus Matahari Cultural House itu. Di hadapan sejumlah penggemarnya Dewi menuturkan bahwa perjalanannya bersama mereka membuatnya mendapat pengetahuan yang lebih banyak tentang etnis Tionghoa di Indonesia dan kadang-kadang informasi yang didapat tersebut berbeda dengan persepsi yang sudah dimilikinya. "Beberapa orang masih memiliki ikatan dengan leluhurnya di China, tetapi beberapa lain memang sudah tidak peduli dan membaur," kata Dewi yang berencana merampungkan karya terbarunya itu pada akhir 2009. Seperti sejumlah bukunya yang lain, Dewi akan menulisnya dalam bahasa Inggris karena setidaknya ia merasa yakin sudah mempunyai calon pembaca di Australia, negeri yang sudah ditinggalinya selama 30 tahun lebih itu. Buku tersebut akan dikemas sebagai karya sastra fiksi yang bersumber dari fakta dengan mengambil contoh kehidupan para respondennya. "Meskipun hanya memakai delapan responden atau lebih, buku itu diharapkan dapat mewakili kelompok etnis Tionghoa dari berbagai lapis ekonomi, sosial dan budaya," ujarnya. Setidaknya itu yang dijanjikan Dewi yang memilih tokoh-tokoh berlatar pengusaha kecil yang untuk makan esok hari saja masih berpikir bisa atau tidak, juga konglomerat, mantan petenis, dosen dan lain sebagainya. Dewi sudah menghasilkan sejumlah karya fiksi, esai dan karya jurnalistik misalnya Snake, The Dreamseekers, Journey to My Cultural Home, Tales of Neighbourhood, weaving a Double Cloth".(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008