Los Angeles, (ANTARA News) - Banyak mantan tahanan AS di Teluk Guantanamo, Kuba, mengalami trauma fisik dan kejiwaan, dirongrong utang dan dijauhi masyarakat karena dianggap teroris.
Penelitian di University of California di Berkeley yang menyimpulkan dua-pertiga mantan tahanan mengalami masalah kejiwaan seperti mimpi buruk, luapan amarah, dan menarik diri dari masyarakat serta depresi.
Penelitian itu dilakukan dengan mewawancarai para bekas tahanan itu sejak Juli 2007 hingga Juli 2008.
Laporan tersebut, yang berjudul "Guantanamo and its Aftermath" adalah studi luas pertama terhadap tahanan yang dibebaskan dari pusat tahanan AS Guantanamo.
"Saya kehilangan harta. Saya kehilangan pekerjaan saya. Saya telah kehilangan keinginan saya," kata seorang pria Afghanistan, salah seorang dari 62 mantan tahanan yang tidak disebut namanya. Para mantan tahanan ini berada di sembilan negara dan laporan mengenai kondisi mereka diterbitkan San Francisco Chronicle, Senin.
Seorang pria lain, tanpa pekerjaan dan hidup susah, mengatakan keluarganya mendepak dia saat pulang dan istrinya pergi.
"Saya mempunyai tas plastik untuk menyimpan barang-barang saya yang saya bawa-bawa setiap waktu," katanya. "Dan saya tidur setiap malam di masjid yang berbeda."
Banyak mantan tahanan juga melaporkan rasa nyeri yang sering atau selalu terasa akibat perlakuan yang mereka alami selama di dalam tahanan. Enam orang mengatakan bahwa buat mereka, perlakuan itu meliputi diikat dari langit-langit di satu pangkalan udara AS, kata studi tersebut.
Laporan itu menyerukan pembentukan satu komisi untuk menyelidiki keadaan di Guantanamo dan penjara lain tempat tersangka pelaku teror ditahan dan, kalau perlu, menyarankan penyelidikan penyelidikan pidana "pada semua tingkat sipil dan komando militer".
"Kami tak dapat membersihkan bab kelam ini dalam sejarah bangsa kami semata-mata dengan menutup pusat tahanan Guantanamo," kata Eric Stover, Direktur Pusat Hak Asasi Manusia, UCB. "Pemerintah baru harus menyelidiki apa yang salah dan siapa yang mesti bertanggung jawab."
Presiden terpilih AS Barack Obama telah mengatakan ia berencana menutup Guantanamo. Selama kampanye, ia mengeritik komisi militer yang didirikan Presiden George W. Bush untuk mengadili sedikit tahanan di pangkalan itu dan mengatakan ia lebih memilih pengadilan sipil reguler atau pengadilan militer, tempat para tersangka memiliki hak lebih besar.
Namun, Obama belum mengumumkan rencananya bagi pengadilan tersebut atau bagi mayoritas tahanan yang kini ditahan tanpa dakwaan. (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008