New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah dunia di New York merosot pada Senin waktu setempat, di tengah kekhawatiran kian mendalamnya krisis finansial global dapat membuat susutnya permintaan, dipicu berita bahwa Jepang, ekonomi terbesar kedua di dunia, telah mengikuti zona euro masuk ke dalam resesi. Minyak mentah light sweet untuk pemgiriman Desember ditutup pada 54,95 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX), turun 2,09 dolar AS dari penutupan Jumat. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Januari turun 1,93 dolar AS menjadi mantap pada 52,31 dolar AS di InterContinental Exchange. "Kami melihat volatilitas luar biasa selama hari ini," kata Andy Lipow, analis dari Lipow Oil Associates kepada AFP. "Itu semuanya tentang permintaan." Pasar minyak mencerna berita bahwa ekonomi Jepang, terbesar kedua di dunia, telah jatuh ke dalam resesi pada kuartal ketiga karena perusahaan-perusahaan memangkas investasinya akibat krisis finansial global. Data resmi Jumat, menunjukkan ekonomi Jepang mengalami kontraksi 0,1 persen dalam tiga bulan hingga September, setelah menyusut 0,9 persen pada kuartal kedua, menyusut dua kuartal berturut-turut sehingga memenuhi definisi tehnikal dari sebuah resesi. Pada Jumat, Uni Eropa mengatakan 15 negara zona euro telah memasuki resesi untuk kali pertama sejak dibentuk pada 1999. Di Amerika Serikat (AS), dimana permintaan di konsumen energi terbesar tersebut sedang turun, raksasa perbankan yang sedang "sakit" Citigroup mengatakan akan memangkas 50.000 pegawainya di seluruh dunia dan mengurangi belanja karena kecenderungan ekonomi terus menurun. Sementara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Senin menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan, karena "kekacauan ekonomi dunia" dalam laporan bulanannya untuk November. OPEC sekarang memperkirakan pertumbuhan permintaan pada 2008 sebesar 0,33 persen, direvisi turun dari proyeksi 0,64 persen pada Oktober; proyeksi permintaan 2009 dikurangi menjadi 0,57 persen dari 0,87 persen. "Permintaan (untuk energi) tampak akan berkurang karena terjadi kontraksi kegiatan ekonomi di seluruh dunia," kata analis Cameron Hanover, Peter Beutel. OPEC mengatakan bahwa "pemantauan secara seksama dan sering kali melakukan intervensi menjadi kewajiban." Kartel akan menggelar pertemuan luar biasa pada 29 November di Kairo di tengah spekulasi bahwa negara-negara anggota akan menyepakati penurunan produksi lagi dalam upaya mendorong kenaikan harga minyak yang jatuh. Pada 24 Oktober, OPEC sepakat mengurangi produksinya 1,5 juta barel per hari mulai 1 November, namun harga minyak masih terus merosot. Harga minyak telah jatuh hampir dua pertiga sejak mencapai rekor tertinggi di atas 147 dolar AS karena pelambatan ekonomi global menghambat permintaan energi dunia. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008