Bengkulu (ANTARA News) - Kawasan Hutan Produksi (HP) di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, sampai sekarang terancam gundul dan sudah berubah fungsi menjadi kebun kelapa sawit, akibat dirambah secara besar-besaran oleh penduduk setempat.
"Kawasan Hutan produksi itu terdiri atas hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas, namun kondisinya sekarang sudah sangat memprihatinkan, fungsinya sebagai kawasan hutan resapan air dari belasan ribu hektare areal persawahan," kata Kasubdin Konservasi Alam, Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu, Muslim Ghodang, Senin.
Menurut dia, berdasarkan hasil tim terpadu ke lapangan belum lama ini, kawasan HP yang sudah rusak berat itu, terjadi di lima kawasan yang luas seluruhnya sekitar 82.980 ha dan 80 persen sudah rusak.
Kelima kawasan HP adalah Hutan produksi terbatas/tetap (HPT) Air Manjonto, HPT Air IPUH I dan II, HPT Air Dikit dan HPT Air Teramang, namun yang paling parah kawasan HPT Teramang.
Di kawasan HPT Teramang itu sebagian besar lahan kebun dimiliki pejabat daerah tingkat dua dan bahkan pejabat datang dari kabupaten lain di Provinsi Bengkulu.
Urutan nama-nama pejabat yang memiliki kebun di kawasan itu, bila disebutkan satu persatu sangat tidak logis dan sekarang masih dalam proses penyidikan pihak kehutanan provinsi Bengkulu.
Komoditi yang ditanam dalam kawasan HPT di kabupaten Mukomuko itu sebagian besar adalah jenis kelapa sawit, dengan ketinggian rata-rata sudah di atas 700 meter dari permukaan laut.
Uniknya, kata Muslim, dalam kawasan lahan HPt itu sudah diusulkan untuk diterbitkan sertifikat program nasional (Prona), namun sampai sekarang belum ada realisasinya.
Untuk mempertahankan kawasan hutan yang masih ada, pihak Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu kepada Bupati Mukomuko, Ichwan Yunus serta dinas perkebunan setempat.
Bila hal tersebut, tidak diresepon dan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Mukomuko, maka dikhawatirkan kawasan hutan, khususnya hutan produksi seluruhnya akan habis dan berubah menjadi kebun masyarakat dan pejabat, katanya.
Sebelumnya Suparjo salah seorang warga di SP4 Penarik, Mukomuko, mengatakan, kawasan HPT Gunung Paku, Bukit Makmur, di satuan pemukiman SP4 penarik, Kecamatan Teras Terunjam setempat dikapling pejabat untuk dijadikan kebun kelapa sawit.
Hutan penyanggah Taman Nasional Krinci Seblat (TKNS) itu bahkan diduga sudah dilakukan pengukuran oleh oknum tertentu untuk disertifikatkan, sedangkan pemiliknya sudah ada.
Lahan itu, kata dia, selama ini sangat dilindungi, karena sebagai penyanggah bagi kawasan hutan TNKS di atasnya, disamping sebagai daerah aliran sungai(DAS) Manjonto.
Selama ini lahan itu, tidak ada yang berani membukanya termasuk perusahaan perkebunan PT Agro Muko milik Penanam Modal Asing(PMA), karena sebagai hutan penyanggah, namun akhir-akhir ini banyak perjabat yang masuk dan mengukur dalam kawasan itu.
Informasinya, petugas yang mengukur lahan itu merupakan utusan dari pejabat calon pemilik melalui Kepala Desa Dusun Baru Maril, ujar sumber itu.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008
lahan 10 ha aja sudah besar apalagi sampai tartsan -ribuan hektar. Keterlaluan, kalau ngak bisa mimpin mundur aja daji Gubernur / kapolda / Bupati/ camat dll Pak.