Bandung (ANTARA News) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Bandung, meningkatkan pengawasan terhadap Gunung Api Lokon dan Soputan pasca gempa bumi tektonik 7,7 Skala Richter (SR) di Gorontalo. "Gempa bumi Gorontalo cukup hebat, Gunung Lokon dan Soputan kami awasi intensif untuk mengantisipasi dampak gempa di sana," kata Kepala PVMBG, DR Surono di Bandung, Senin. Ia menyebutkan, gempa bumi dengan kekuatan 7,7 SR itu sangat potensial mempengaruhi aktivitas kedua gunung api yang termasuk aktif di Provinsi Sulawesi Utara. Status Gunung Soputan dan Lokon saat ini sama-sama Waspada (Level II). PVMBG menetapkan status waspada untuk Gunung Soputan pada 21 Oktober 2008 sedangkan Gunung Lokon berstatus waspada sejak 28 Februari 2008. "Pengawasan dilakukan di Posko Pengawasan Gunung Api (PGA) masing-masing, aktivitas gunung api itu sendiri saat ini masih seperti biasa," kata Surono. Terkait Gempa bumi tektonik berkekuatan 7,7 Skala Richter (SR) yang terjadi di Gorontalo, Senin dinihari waktu WIB, menurut Surono, sebagai akibat aktifitas penunjaman sesar Sulawesi Utara. "Sesar itu naik sampai 90 derajat, membentuk pada penunjaman sesar Sulawesi Utara," katanya.Surono menyebutkan, Provinsi Gorontalo termasuk jalur sesar aktif Sulawesi Utara. Menurut catatan PVMBG, gempa bumi dengan kekuatan hebat di Gorontalo terjadi pada 1941, 1990 dan 1990. Gempa bumi pada 18 April 1990 mengakibatkan tiga orang meninggal dunia dan gempa pada 20 November 1991 mengakibatkan ribuan rumah rusak. Pada kesempatan itu, Kepala PVMBG mengingatkan pemerintah dan warga di sekitar perbukitan untuk mengantisipasi potensi gerakan tanah sebagai dampak gempa bumi itu. "Gempa bumi itu dipastikan mengakibatkan retakan-retakan tanah, bila terisi air hujan jelas potensi mengakibatkan longsor. Hal itu terjadi di Tibung pada peristiwa gempa bumi 1941 lampau," kata Surono. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008