Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI), Boediono, menyatakan bahwa berbagai faktor erksternal atau kondisi global masih menekan nilai tukar rupiah, sehingga nilai tukar rupiah masih berada pada posisi di atas Rp11.500 per dolar AS.
"Itu tidak hanya di sini (Indonesia) saja, karena suasana di luar (negeri) juga begitu," kata Boediono ditemui sebelum bertemu Plt Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Senin.
Menurut dia, sebagian faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah memang karena faktor eksternal, di mana kondisi tersebut juga terjadi di negara-negara lain.
"Tentunya kita ikuti saja gelombang dari luar negeri itu, kan yang lain juga begitu," katanya.
Saat ditanya bagaimana mencegah munculnya rumor berkaitan dengan kondisi perbankan nasional, Boediono mengemukakan kembali ke masyarakat untuk menilai kondisi perbankan saat ini.
"Ya itu kita serahkan ke masyarakat," katanya singkat.
Sebelumnya ekonom Standard Chartered Bank (SCB) Fauzi Ichsan memperkirakan bahwa dolar AS akan tetap mahal selama masalah perbankan di AS belum diselesaikan oleh AS.
"Persoalan inti depresiasi mata uang regional, termasuk rupiah adalah
pasokan dolar AS yang berkurang di pasar global," kata Fauzi.
Menurut dia, sebelum aset-aset perbankan yang sebelumnya menjadi agunan nasabah diambil oleh pemerintah, seperti di Indonesia waktu itu diambil alih BPPN, maka sulit bagi perbankan AS untuk memasok kembali dolar As ke pasar internasional.
Ia menyebutkan, untuk sementara yang bisa dilakukan adalah membatasi pembelian dolar AS seperti yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). (*)
Copyright © ANTARA 2008