Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Senin pagi, merosot mendekati angka Rp12.000 per dolar AS tertekan akibat aksi pelaku pasar yang terus membeli dolar AS. Nilai tukar rupiah melemah menjadi Rp11.850/11.950 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu yang mencapai Rp11.783/11.800 per dolar AS atau melemah 67 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Senin mengatakan, rupiah akan terus tertekan hingga menembus angka Rp12.000 per dolar AS. Tekanan negatif pasar yang terus meningkat merupakan faktor utama yang menyebabkan rupiah melemah, karena pelaku asing masih terus membeli dolar AS untuk mengurangi kerugian yang terjadi, katanya. Menurut dia, Bank Indonesia (BI) kemungkinan tidak segera masuk pasar, mereka hanya melihat apakah tekanan pasar itu cenderung meningkat, apabila tidak maka BI hanya mengikuti kehendak pasar. BI akan membiarkan tekanan pasar itu, karena koreksi terhadap rupiah tidak besar dibanding hari-hari sebelumnya, katanya. Rupiah, lanjut dia, sebelumnya mengalami tekanan pasar yang cukup besar, sehingga terkoreksi cukup tajam di atas 200 poin, namun saat ini hanya tertekan jauh dibawah angka 100 poin jadi tekanannya tidak besar. BI akan masuk pasar melakukan intervensi apabila tekanan pasar terus meningkat agar rupiah tidak terpuruk tajam, ucapnya. Ia mengatakan, rupiah pada sore nanti diperkirakan akan tetap tertekan, karena melihat pelaku pasar masih memburu dolar AS, akibat banyaknya pelaku asing yang mencairkan dananya di pasar uang maupun saham untuk membeli dolar AS. Karena itu rupiah diperkirakan dalam pekan ini akan bisa mencapai angka Rp12.000 per dolar AS, ujarnya. Apalagi Indonesia pada tahun depan akan melaksanakan pemilihan umum (pemilu). Apabila pelaksanaan pemilu berjalan dengan baik diharapkan akan dapat membantu rupiah sehingga tidak terus terpuruk. Karena dengan makin terpuruknya rupiah akan menunjukkan kinerja pertumbuhan ekonomi nasional tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan sebelumnya, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008