"Kami serahkan kasus ini kepada pihak kepolisian untuk ditangani karena pemerintah sudah berupaya maksimal untuk penyelesaiannya," katanya ketika dihubungi dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu.
Baca juga: Sekolah dan kantor desa di Sagu Flores Timur masih ditutup warga
Dia mengatakan, pihaknya telah melakukan pendekatan sesuai budaya masyarakat setempat namun belum bisa menggerakkan hati warga yang menutup fasilitas umum tersebut.
"Jadi kami gunakan pola yang lain dengan melaporkan kasus ini kepada kepolisian untuk diproses lebih lanjut," katanya.
Baca juga: Wabup Flores Timur imbau warga tak terprovokasi peristiwa di Sagu
Kasus penutupan sejumlah fasilitas umum di Desa Sagu, Senin, 16 Desember 2019, dilakukan kelompok warga setempat.
Aksi penutupan ini sebagai bentuk protes terhadap hasil pemilihan kepala desa setempat yang dinilai ada kecurangan dari penyelenggara.
Baca juga: Ratusan pelajar diliburkan, sekolahnya ditutup warga di Flores Timur
Camat Adonara Ariston Kolot Ola ketika dihubungi secara terpisah, mengatakan dalam peristiwa tersebut warga menutup sejumlah fasilitas umum di antaranya empat sekolah dasar, puskesmas, dan kantor desa.
Dia menjelaskan, dalam perjalanan, sejumlah fasilitas umum sempat dibuka kembali seperti puskemas dan sekolah dasar dalam masa liburan akhir tahun 2019 lalu.
Baca juga: Polres Flores Timur kerahkan personel BKO ke Sagu
Namun, ketika proses belajar mengajar hendak dimulai kembali pada Senin (6/1) ada warga yang datang menyampaikan bahwa sekolah tersebut ditutup sehingga pihak guru maupun pelajar terpaksa dipulangkan.
"Setelah kami lakukan pendekatan secara kekeluargaan dengan warga bersangkutan dalam dua hari terakhir, akhirnya tiga sekolah dibuka per hari ini (Rabu, 8/1), sisa satu sekolah dan kantor desa yang masih ditutup," katanya.
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020