Washington, (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan kesepakatan yang akan dicapai dalam pertemuan puncak para pemimpin negara anggota G-20 merupakan sebuah deklarasi untuk melakukan tindakan nyata dalam mengatasi krisis finansial saat ini.
"Untuk menyimpulkan deklarasi dari pertemuan ini, kami para pemimpin negara seharusnya bisa memutuskan deklarasi ini menjadi sebuah aksi. Untuk itu setiap negara harus menugaskan menteri keuangannya untuk menyusun daftar aksi kongkret itu dengan jadwal yang jelas dalam implementasinya, yang merupakan cerminan tanggung jawab bersama dalam kapasitas masing-masing negara," kata Presiden dalam sambutannya pada pertemuan puncak pemimpin negara G-20 di Museum Nasional Washington, Sabtu.
Pertemuan tingkat kepala negara G-20 yang pertama ini bertema Pasar Keuangan dan Ekonomi Dunia atau Summit on Financial Market and The World Economy dan dihadiri oleh semua pemimpin negara anggota G-20 serta dibuka oleh Presiden AS George W Bush.
Menurut Presiden Yudhoyono, semua negara telah sepakat bahwa kebijakan yang diputuskan harus cepat dilakukan secara bersama dan terkoordinasi serta fokus para prioritas memperbaiki kepercayaan dan stabilitas sistek keuangan global.
Presiden Yudhoyono mengusulkan, langkah kongkret itu dibagi dalam tiga tahap yakni jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Untuk tindakan kongkret jangka pendek harus lebih sederhana tetapi bisa dikerjakan sehingga untuk itu perlu koordinasi internasional untuk menempatkan ukuran guna memperbaiki kepercayaan.
Sementara untuk jangka menengah, yang perlu dilakukan adalah merevitalisasi pertumbuhan ekonomi dan melindungi yang paling terkena dampak dari krisis ini.
Aksi kongkret jangka panjang bertujuan untuk mengatasi akar permasalahan dalam sistem keuangan global dan dapat mencegah jangan sampai masalah yang sama terjadi lagi pada masa mendatang.
"Aksi kita harus berjalan secara simultan di tingkat nasional, regional dan tingkat global," kata Presiden.
Di tingkat global, presiden mengharapkan agar negara-negara maju bisa membantu mengurangi dampak dari krisis keuangan ini terhadap negara-negara berkembang dan negara-negara yang tertinggal.
Untuk itu, presiden Yudhoyono mendesak agar komunitas internasional, terutama negara maju dengan cadangan devisa yang kaya serta lembaga keuangan internasional untuk menyediakan akses keuangan dan instrumen dengan mekanisme fleksibel untuk membantu keuangan negara-itu.
"Itulah mengapa kita butuh membentuk semacam "Global Expenditure Support Fund" untuk mendukung pendanaan anggaran pembangunan. Pendanaan ini diperuntukkan bagi negara yang paling terkena dampak krisis dan sangat membutuhkannya. Dana itu juga bisa diberikan bagi negara yang memiliki sejarah baik dalam pengelolaan kebijakan dan keuangannya," kata Presiden.
Presiden Yudhoyono dalam kesempatan itu mendapat giliran berpidato keempat berpidato setelah Presiden George W Bush, Presiden Brasil Lula da Silva, dan Presiden Tiongkok Hu Jintao. Dalam KTT itu, Presiden Yudhoyono didampingi Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Perekonomian yang juga Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Anggito Abimayu, Staf Ahli Menteri Keuangan Chatib Basri, dan Juru Bicara Presiden bidang Luar Negeri Dino Patti Djalal.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008