Washington (ANTARA News) - Presiden terpilih Amerika Serikat Barack Obama mempertimbangkan mantan ibu negara AS Hillary Clinton, mantan pesaingnya menuju Gedung Putih, sebagai menteri luar negeri dalam kabinetnya mendatang, menurut laporan media, Jumat. Dua penasehat Obama yang tidak disebutkan namanya berkata kepada jaringan NBC News bahwa Clinton, saat ini adalah senator bagi New York, "tengah dipertimbangkan" untuk mengisi posisi itu. Menurut NBC, Clinton terbang menuju Chicago -- dimana Obama berkantor -- pada Kamis, namun penasehatnya mengatakan bahwa itu hanyalah untuk urusan pribadi. Sumber dari Obama mengkonfirmasi kepada CNN bahwa Clinton sedang dipertimbangkan, namun jurubicara Hillary Philippe Reines tidak berkomentar saat ditanya mengenai hal itu. "Setiap spekulasi mengenai kabinet ataupun penunjukan lain dalam pemerintahan adalah menjadi hak tim transisi presiden terpilih Obama untuk menjawabnya," kata Reines kepada CNN. Clinton (61) memiliki pengalaman banyak dalam hal isu luar negeri terkait jabatannya di senat, dimana dia bertugas di Komite Urusan Persenjataan, dan secara tidak langsung saat suaminya Bill Clinton menjabat sebagai presiden pada era 1993-2001. Sejumlah nama besar telah disebut oleh media sebagai orang-orang yang memiliki peluang menjabat menteri luar negeri termasuk mantan kandidat presiden dari Partai Demokrat yang lain, Senator John Kerry, gubernur New Mexico dan mantan duta besar untuk PBB Bill Richardson, favorit komunitas Latin dan senator Republik yang moderat Richard Lugas dan Chuck Hagel. Tim transisi Obama tidak secara terbuka mengatakan siapa saja tokoh yang tengah dipertimbangkan untuk bergabung dalam kabinet Obama dan menegaskan bahwa tidak ada pengumuman yang akan dibuat pekan ini. Menurut Washington Post, nama Clinton muncul karena tim Obama "tidak sangat senang dengan tokoh-tokoh yang biasa" untuk mengisi jabatan itu. Selama masa kampanye untuk pemilihan kandidat presiden dari Partai Demokrat, Clinton menyerang kelemahan Obama dalam kebijakan luar negeri, dengan menyebut sejumlah idenya untuk menangani Iran sebagai "berbahaya dan naif". Obama sebagai balasan secara rutin mengingatkan para pemilih bahwa Clinton menyetujui Undang-Undang yang memberikan hak kepada Presiden George W Bush untuk menduduki Irak, sesuatu yang tidak pernah dibantah secara terbuka. Setelah Clinton kehilangan posisinya sebagai calon presiden dari Partai Demokrat, mantan ibu negara itu berkampanye untuk Obama. Dalam suatu acara di New York, Senin, Clinton ditanya apakah ia akan mempertimbangkan bergabung dalam kabinet Obama. "Saya bahagia dengan menjadi seorang senator dari New York, saya mencintai negara bagian dan kota ini," kata Clinton, menurut CNN. "Saya melihat daftar panjang yang harus saya kejar dan lakukan. Namun saya ingin menjadi mitra yang baik dan saya ingin melakukan segalanya untuk memastikan bahwa agendanya berjalan dengan sukses," katanya, demikian AFP.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008