Namun perbedaan itu sifatnya parsial dan tidak esensial
Beijing (ANTARA) - Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang menyatakan bahwa isu Natuna tidak menggoyahkan jalinan kemitraan strategis antara negaranya dan Indonesia yang sudah memasuki tahun ke-70.
"Anda tadi menyebutkan beberapa perkembangan terkini di laut. Yang dapat saya katakan bahwa China dan Indonesia telah berkomunikasi tentang hal ini melalui saluran diplomatik," katanya menjawab pertanyaan ANTARA dalam press briefing di Kementerian Luar Negeri China di Beijing, Selasa sore, mengenai isu Natuna.
Ia mengakui adanya perbedaan perspektif antara kedua negara dalam melihat permasalahan yang sedang menyita perhatian publik di Indonesia itu.
"Namun perbedaan itu sifatnya parsial dan tidak esensial," ujarnya menambahkan.
Justru menurut dia, sebagai sama-sama negara di pesisir Laut China Selatan, China dan Indonesia memikul tanggung jawab bersama yang besar dalam memelihara perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Baca juga: Kemitraan RI-RRT ditingkatkan jadi kerja sama konkret
Baca juga: RI-China Perkuat Kemitraan Ekonomi
Baca juga: RI Harapkan Limpahan dan Kemitraan Produksi Kapal Cina
"Kami selalu memandang hubungan China-Indonesia dari perspektif strategis dan jangka panjang karena kami percaya bahwa Indonesia juga akan fokus pada hubungan bilateral dan stabilitas regional secara menyeluruh, mampu menyelesaikan perbedaan dengan China, dan menciptakan suasana yang kondusif dan menguntungkan kedua negara dalam menyambut perayaan ulang tahun ke-70 hubungan diplomatik ini," kata Geng.
Ia menganggap Indonesia sebagai salah satu negara pertama yang menjalin hubungan dengan China yang kini sudah memasuki tahun ke-70.
"Tahun ini juga merupakan tahun yang penting dalam proses pembangunan masing-masing. Kedua negara telah sepakat mengadakan serangkaian perayaan untuk lebih memperkuat pertukaran dan kerja sama antarkedua belah pihak di berbagai bidang, mempromosikan hubungan bilateral ke tingkat yang baru, dan saling menyuntikkan energi positif," ujarnya.
Sebelumnya Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun mengatakan bahwa pihaknya juga telah mendatangi Kementerian Luar Negeri setempat untuk membicarakan masalah tersebut.
Masalah tersebut kembali mencuat setelah adanya kapal-kapal pencari ikan China melakukan aktivitas di perairan sekitar Pulau Natuna dengan pengawalan kapal Badan Keamanan Laut China.
Kapal Bakamla China tidak bersedia meninggalkan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia saat dihalau oleh Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Tjiptadi-381.
Kemlu RI melayangkan nota protes atas insiden tersebut melalui Kedutaan Besar China di Jakarta. ***2***(T.M038)
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020