"Karena pertimbangan keamanan juga, akhirnya atas persetujuan pemiliknya bangunan rumah tersebut dirobohkan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman Makwan di Sleman, Selasa.
Menurut dia, fenomena tanah bergerak tersebut terjadi sekitar pukul 23.00 WIB saat terjadi hujan deras dengan durasi cukup lama.
Baca juga: Pergerakan tanah sebabkan belasan rumah di Cibadak Sukabumi rusak
"Akibat adanya pergerakan tanah tersebut, tembok rumah retak dan pemilik rumah mengungsi karena merasa sudah tidak aman," katanya.
Ia mengatakan, saat ini dari data yang diterima BPBD Sleman baru rumah milik Sulis Widodo (22) yang terdampak.
"Saat ini yang bersangkutan beserta istri dan anaknya yang masih berusia 20 bulan mengungsi di rumah orang tuanya masih di dusun yang sama," katanya.
Makwan mengatakan, karena kondisi dinding sudah banyak yang retak, pemilik rumah berinisiatif untuk mengosongkan rumah.
"Dibantu oleh warga sekitar sekaligus melakukan pembongkaran rumah yang berukuran 6 x 8 meter. Karena yang terdampak itu bagian yang pokok dari rumah," katanya.
Dalam kejadian tersebut BPBD Sleman telah menyalurkan bantuan berupa makanan, pakaian, dan perlengkapan anak-anak.
Baca juga: PVMBG: Kondisi tanah di tambang Kalimantan Utara rawan bergerak
Ia mengatakan, pergerakan tanah di Sleman berpotensi terjadi di 15 kecamatan, dari 17 kecamatan yang ada di Sleman.
"Dua kecamatan yang kecil potensinya yakni Kecamatan Sleman dan Moyudan. Sisanya ada yang masuk kategori menengah dan tinggi," katanya.
Kecamatan yang termasuk dalam kategori menengah-tinggi untuk tanah bergerak meliputi Kecamatan Cangkringan, Gamping, Godean, Pakem, Prambanan, Seyegan, dan Turi.
"Sedangkan sisanya yang termasuk kategori menengah dan berpotensi banjir yakni Kecamatan Tempel, Ngemplak, Ngaglik, Mlati, Minggir, Kalasan, Depok dan Berbah," katanya.
Menurut dia, daerah yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi tanah bergerak dapat terjadi jika curah hujan di atas normal. Terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.
"Sedangkan daerah yang mempunyai potensi tinggi untuk terjadi tanah bergerak bisa terjadi juga dikarenakan curah hujan di atas normal. selain itu aktifnya lagi gerakan tanah yang lama," katanya.
Baca juga: Tanah di Desa Bukit Raya Penajam kembali bergerak
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020