Magelang (ANTARA News) - Pementasan prosesi "Slametan Merapi" sebagai upaya secara kultural kalangan seniman petani lereng Gunung Merapi, di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dalam rangka menjawab kehendak alam tentang pelestarian lingkungan. "Ketika kesatuan antara alam dengan manusia hilang, yang terjadi saling merugikan, kehidupan menjadi sengsara," kata kreator "Slametan Merapi", Ismanto, di Magelang, Jumat. Slametan Merapi akan digelar puluhan seniman petani di Desa Tontro Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, di kawasan lereng barat Gunung Merapi, pada hari Sabtu (15/11). Kegiatan budaya itu dalam rangkaian peringatan Hari Pengurangan Resiko Bencana Internasional tahun 2008 di Magelang yang diselenggarakan kerja sama antara Community Baseed Disaster Risk Management dengan Nahdlatul Ulama Kabupaten Magelang. Ia mengatakan, seniman terutama para penari reog Merapi diiringi tabuhan musik tradisional melakukan prosesi ritual dengan mengusung sesaji antara lain berupa nasi tumpeng, jajanan pasar, kembang mawar, dan kemenyan. Sesaji, kata Ismanto yang juga pimpinan komunitas "Teater Gadung Melati" asal lereng Gunung Merapi itu, akan diletakkan antara lain di pojok sawah desa, bawah sebuah pohon, tepi jalan, pinggir sungai, dan dekat mata air desa itu. "Intinya `slametan`, memohon keselamatan, mendorong upaya masyarakat melestarikan alam supaya selalu terbangun kehidupan yang seimbang antarsemua makhluk hidup dan dengan lingkungan alam, supaya semua makhluk hidup berbahagia di alamnya," katanya. Ia mengatakan, rusaknya keseimbangan antara makhluk hidup dengan lingkungannya mengakibatkan terjadinya berbagai bencana alam. Panitia Peringatan Hari Pengurangan Resiko Bencana Internasional tahun 2008, Barri Jatimaihantoro, mengatakan, momentum itu dimanfaatkan elemen masyarakat setempat untuk menggali kearifan lokal sebagai kekuatan penting dalam berbagai upaya pelestarian alam dan tanggap terhadap bencana alam. Ia mengatakan, lima titik prosesi adalah mata air Geding dan Jogonegoro (keduanya di Kecamatan Mertoyudan), Candi Pawon, di kawasan Pegunungan Menoreh (Borobudur), Gunung Tidar (Kota Magelang), dan Desa Tontro, di kawasan lereng Merapi (Dukun). "Untuk mendorong penyadaran masyarakat terhadap pentingnya pengurangan resiko bencana dan pelestarian lingkungan," katanya. Ia menjelaskan, masyarakat setempat perlu meningkatkan kesadaran terhadap pengurangan resiko bencana karena kondisi geografis Magelang dikelilingi lima gunung yakni Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh, rawan bencana alam. Rangkaian peringatan Hari Pengurangan Resiko Bencana Internasional tahun 2008 dengan tema "Kenali Alam, Siapkan Diri, Budayakan Pengurangan Resiko Bencana" (15-16 November 2008) di Magelang antara lain lomba melukis tentang lingkungan, ruwat bumi, pameran dan dialog pengurangan resiko bencana, dan lomba khotbah tentang pelestarian lingkungan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008